Orideknews.com, Manokwari, – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia melalui SK Menteri Nomor 31/2024 (KM/2004) tentang penetapan Bandar Udara Internasional tertanggal 2 April 2024 membuat 17 bandara di Indonesia tersingkir dari status bandara Internasional.
17 Bandara itu, termasuk bandar udara Biak Numfor, Frans Kaisiepo. Hal ini direspon salah satu intelektual Biak Numfor di Manokwari, Drs. Arius Mofu, M.Pd.
Bandara yang kala itu berjaya di masanya memiliki sejarah panjang. Tentu merupakan salah satu bandara yang sangat memenuhi syarat sebagai bandara Internasional.
Banyak hal yang menurut Mofu, mempengaruhi alih status bandara tersebut dari Internasional ke Domestik, misalnya, era kebangrutan Hotel Marauw, Perusahan Biak Mina Jaya (BMJ) dan perusahan kayu Wapoga.
Mantan Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Papua Barat ini mengatakan, solusi yang bisa diambil adalah mengembalikan industri serupa dan jadikan Biak sebagai kabupaten jasa.
“Baik untuk menjawab Pariwisata, kita harus melakukan pemenuhan fasilitas, misalkan hadirkan hotel sejenis dengan fasilitas yang dinginkan wisatawan,” ungkap intelektual Biak yang telah purna tugas sebagai ASN pada September 2023 lalu ini.
Selain pemenuhan fasilitas, harus dihadirkan kembali industri, perbaiki semua hal. Sekretaris Umum Yayasan Perguruan Tinggi Manokwari ini lalu mengambil contoh Kota Batam sebagai kota jasa yang patut diadopsi.
Mofu menilai, intelektual Saireri secara khusus kabupaten Biak adalah orang-orang hebat yang ada di Indonesia. Sehingga tidaklah sulit untuk membuat suatu perubahan.
“Yang dibutuhkan adalah istilah Biak, Kobe Oser kosambrauw ma kobawes. Kita bersatu kita kuat dan kita bisa membangun,” ucap penerima penghargaan internasional bidang folklore/kebudayaan dan komunikasi kepariwisataan dari CIOOF-Unesco tahun 2006 tersebut.
Jika fasiitas dan industri telah bangkit, maka Mofu yakin, status Bandara akan dengan sendirinya beralih status seperti semula.
Biak adalah salah satu pulau yang memiliki posisi strategis sehingga harus segera dimanfaatkan. Berbagai industri kata Mofu, harus dihadirkan, Biak punya peluang besar untuk bangun industri.
“Kita kerjasama dengan masyarakat adat, yang punya wilayah kita kerjasama dan bangun industri apa saja, sehingga membuka lapangan kerja. Mendatangkan income, perputaran uang semakin besar PAD juga semakin besar. Termasuk penambahan modal asing,” terangnya.
Lebih lanjut, Mofu menyebt industri termasuk pariwisata dan lainnya akan menghadirkan wisatawan.
“Hari ini memang bandara beralih status karena kondisi ketidakpastian berusaha yang dibuktikan dengan bangkrutnya Hotel dan perusahan terdahulu di Biak,” ucap mantan Kepala SMA Oikoumene Manokwari dua periode ini.
Ia mengajak intelektual Biak yang ada di Indonesia untuk membangun wilayah Biak dengan kapasitas dan kelebihan yang dimiliki masing-masing.
“Jangan hanya peran konsep tetapi, berkat dan talenta dapat dimanfaatkan untuk membantu pemimpin daerah membangun Saireri khususnya Kabupaten Biak Numfor.
Alumni Pascasarjana Universitas Malang ini meminta kepada para pemimpin daerah baik eksekutif dan legislatif agar membuka diri mendengar masukkan dari anak-anak Biak hebat yang ada di Papua.
“Saireri punya SDM hebat-hebat, bangun komunikasi dan bangun kenyamanan berusaha melalui investasi jangka panjang. Kita jadikan kehancuran 3 industri besar di Biak sebagai evaluasi menyeluruh bagi para pemimpin daerah. Buat forum gruop discusion dan mendengar semua masukkan anak-anak Papua, sehingga sebagai acuan untuk bangkit kembali,” pesan Mofu. (ALW/ON).