Suasana saat seminar Bintang Laut Berduri dan Rencana Aksi bersama para Pihak di aula Pertemuan lantai 1 Kantor Bupati Raja Ampat di Waisai, (10/9/2018).
Orideknews.com, MANOKWARI – Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Konservasi Perairan (UPT Pengelola KKP) Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat menggandeng Conservation International (CI) Indonesia, Raja Ampat Science Education Awareness (SEA) Centre, dan PT. Emerald Ocean Nusantara (EON) Engineering menggelar seminar Bintang Laut Berduri dan Rencana Aksi bersama para Pihak di aula Pertemuan lantai 1 Kantor Bupati Raja Ampat di Waisai, (10/9/2018).
Dalam pembukaannya, Sekretaris Daerah Kabupaten Raja Ampat, Dr. Yusuf Salim, SE., menyatakan Raja Ampat milik semua pihak dan bukan hanya pemerintah dan LSM.
“Seminar ini juga penting untuk pelaku industri pariwisata Pemerintah mendukung penuh dan akan menanggapi hal ini dengan serius. Dinas Kelautan dan Perikanan, dengan koordinasi bersama Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata, serta SKPD terkait lainnya, akan melakukan penanganan Bintang Laut Berduri secara rutin,” ucanya dalam rilis yang diterima www.orideknews.com.
Dalam presentasinya mengenai fakta-fakta seputar Bintang Laut Berduri, ilmuan Dr. Mark V. Erdmann memaparkan bahwa, selain berkurangnya predator alami, aktivitas manusia dan salinitas air yang lebih rendah juga turut berkontribusi dalam perkembangan populasi Bintang Laut Berduri. “Jika kita semua mempunyai informasi yang sama, maka kita bisa membuat rencana aksi bersama untuk menangani ini,” jelas Erdmann.
Presentasi Vice President Marine Program Conservation International (CI) Asia-Pasifik dilanjutkan dengan pemaparan mengenai metode penanganan Bintang Laut Berduri dengan menggunakan larutan cuka yang disuntikan dibawakan oleh Warwick Alliston dari PT. Emerald Ocean Nusantara (EON) Engineering. Kehadiran Warwick Alliston ditandai dengan perkenalan unit perangkat injeksi yang menurutnya, lebih efektif jika dipergunakan oleh operator wisata.
Senada dengan Warwick Alliston, Ronald Mambrasar, Senior Officer MPA Monitoring untuk Program Kelautan Raja Ampat CI Indonesia berbagi metode pengangkatan Bintang Laut Berduri dengan menggunakan sumpit bambu berdasarkan pengalamannya menangani ledakan populasi di sekitar wilayah Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Selat Dampier, terkhusus kampung halamannya Arborek.
Sementara itu, penggiat lingkungan Raja Ampat, Science Education Awareness (SEA) Centre mengembangkan sebuah dokumen berbasis online yang dapat diakses oleh siapapun yang berminat untuk melibatkan dirinya dalam inisiatif ini. Dalam Seminar, Arnaud Brival, memaparkan bahwa berdasarkan data yang diperoleh hingga awal September sebanyak 3.233 Bintang Laut Berduri telah diangkat dari Selat Dampier; khususnya perairan di sekitar Arborek dan Irwor Arwaf.
Meidairti Kasmidi, Sustainable Tourism & Alternative Livelihood Senior Coordinator dari Program Kelautan Raja Ampat CI Indonesia menekankan arti penting dari rencana aksi bersama untuk selanjutnya dikembangkan secara lebih komprehensif.
“Rencana aksi bersama ini penting karena kita tidak bisa menangani Bintang Laut Berduri secara sendiri-sendiri, tapi butuh partisipasi semua pihak karena Raja Ampat cukup luas sehingga jika dilakukan bersama kita bisa memastikan penanganan dengan baik,” katanya.
Dari seminar Bintang Laut Berduri dan Rencana Aksi bersama para Pihak tersebut, dihasilkanlah 9 butir usulan awal rencana aksi yang bersumber dari peserta Seminar, termasuk pembentukan Tim Aksi Bintang Laut Berduri (Crown of Thorns Starfish Action Team) yangmana terdiri atas beberapa organisasi pemerintah maupun non-pemerintah yang akan dikoordinir secara sukarela oleh Raja Ampat SEA Centre. (ARS/ON)