Orideknews.com, Manokwari, – Estate Manager PT Medco Papua Hijau Selaras (PT.MPHS), Aslim Kasiran mengaku pihaknya telah menerima aduan salah satu warga yang merasa dirugikan akibat luapan air saat banjir.
Kepada media ini Senin, (11/4/22), Aslim mengaku saat itu, Jumat warga Kampung Sidey Jaya langsung dihadapan bupati dan pimpinan direksi PT. MPHS mengungkapkan hal yang dialami.
Menurut Aslim, PT. MPHS butuh kajian aliran air yang mengalir ke kolam-kolam ikan atau bahkan persawahan warga yang diklaim asal aliran air akibat luapan limbah.
“Hal ini sudah kami survey dan lihat serta sudah ada pembicaraan dengan warga yang merasa rugi akibat luapan air dari badan jalan poros trans Manokwari – Sorong,” ungkap Aslim.
Kata dia, Jumat kemudian meminta bantuan ke PT. MPHS untuk memperbaiki dan bendung kembali kolam ikannya agar tidak terjadi luapan lagi.
“Hal ini sudah kami tanggapi, namun dalam kondisi saat ini alat berat Exavator dan Trado yang kami miliki mengalami kerusakan sehingga menghambat mobilisasi alat berat untuk diperbantukan. Terkait point kebocoran limbah mungkin dari kami tidak ada limbah berbahaya yang keluar dari kolam penampungan,” sebutnya.

Dia merincikan bahwa, pada saat itu kejadian kondisi alam curah hujan yg sangat lebat seharian tidak dapat terbendung debit air yang mengalir, bahkan bukan hanya warga yg memiliki kolam ikan yang terkena dampak dari hujan lebat, warga SP 9 Distrik Sidey juga mengalami kebanjiran yang cukup tinggi (1 meter) karena efek luapan air yang mengarah ke daerah yang lebih rendah yang nota bene bukan aliran air efek limbah yang dimaksud.
Dampak alam tersebut, dia menjelaskan bahwa, perusahaan pun mengalami kerusakan berat baik dari akses jalan produksi, luapan sungai Waramui yang meluap hingga ke wilayah basecamp karyawan PT. MPHS, serta akses jembatan jalan produksi yang rusak akibat derasnya debit air.
Aslim mengaku, proses perbaikan akses infrastruktur PT. MPHS hingga saat ini belum berjalan terkendala kondisi alat berat yang belum bisa dimanfaatkan karena dalam kondisi rusak.
“Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan terkait masalah ini, kurang lebihnya kami dari management berupaya maksimal agar tidak ada yang menimbulkan dampak negatif bagi warga sekitar,” tutupnya.
Sebelumnya, Jumat mengaku, merugi atas 6 kolam ikan ukuran 40×100 meter dengan total ikan sekira 100.000 ribu ekor jenis lele dan mujair yang diduga dicemari limbah medco saat banjir meluap pemukiman sekira Februari 2022 lalu.
“Modal saya hampir 100 juta, saya merugi, bagaimana mau cari uang lagi. Saya minta pertanggungjawaban berupa kompensasi dari perusahaan,” rincinya.
Petani padi juga lanjut dia, mengungkapkan hal yang sama, banjir yang terjadi menggenangi lahan sawah sekira 1,5 hektar dan kerugiannya mencapai 100 persen. Dia mewakili puluhan petani lainnya yang terdata sebagai pihak terdampak banjir itu.
“Selama ini kita tidak bisa bertani dengan baik. Kami minta Medco untuk membangun saluran irigasi yang baik agar ketika hujan dan volume air meningkat, tidak meluap dan menggenangi lahan dan pemukiman warga,” bebernya.

Selain Jumat, Suprianto, warga lainnya menyebut tanahnya digunakan sebagai aliran air, justru meminta kompensasi atas penggunaan tanahnnya oleh Medco sejak 2017 hingga saat ini.
“Sampai sekarang belum ada kompensasi yang saya terima. Sudah 4 kali saya ajukan proposal untuk kompensasi lahan saya tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan,” pintanya.
Terpisah, Kepala Kampung Sidey Jaya, Agus Amirudin menyebut, banjir pada februari 2022 itu sudah ditindak lanjuti dengan peninjauan lapangan oleh pemerintah daerah.
“Banjir itu membuat ladang sawah dan kolam ikan warga tercemar dan mengakibatkan kerugian hampir 100 persen. Kami harap kompensasi meski tidak 100 persen atas kejadian itu,” katanya seraya mengatakan, Sidey Jaya menjadi kampung terdekat dengan perusahaan Medco dan paling sering terkena dampak dari luapan.
Atas semua persoalan itu, Kepala Distrik Sidey, Mirdan Daeng Husein, menyebut sudah menerima pengaduan dari masyarakat dan bahkan telah menyurati pihak perusahaan, namun sampai saat ini belum ada tanggapan.
“Kami juga sudah beberapa kali mendampingi DPR baik dari kabupaten maupun provinsi untuk tinjau lapangan. Kami harap pemerintah dan pihak perusahaan segera menyikapi persoalan ini,” harap kadistrik.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Manokwari Dapil 4, Siswanto yang ditemui Jum’at, (8/4/22) di kantor DPRD enggan memberikan komentar terkait hal yang dialami masyarakat sekitar PT. MPHS.

Menurut Anggota Komisi 4 DPRD Manokwari ini, dia akan memberikan komentar jika langsung ke lokasi untuk melihat hal yang terjadi disana.
“Nanti sudah kalua sekalian saya main ke Sidey nanti lihat, saya nggak berani komen kalua belum lihat,” singkat Anggota Fraksi Golkar ini.
Dugaan pencemaran limbah PT. MPHS Kabid Pengendalian Pencemaran, Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Pengaduan Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Manokwari, Yohanes Ada’ Lebang seperti dilansir ringpapua.com menyebut pada tahun 2021 sudah pernah dilakukan pengambilan sampel dan pengujian.
“Kalau untuk medco hasilnya terdapat kandungan unsur Nitrogen dan Phospor karena limpasan air hujan sehingga tangkos tersapu air,” beber Lebang.
Dia mengklaim, hasil uji lab yang telah dilakukan, pihaknya kata Lebang, merekomendasikan agar dilakukan pemembuat kolam dan normalisasi saluran air yang masuk lahan pertanian. (ALW/ON)