
Oleh: Merry Ch Rumainum
Ketika Semesta hujan sangat ku gilai kini ku tertampar keras derasnya…
Ketika Ku Cintai rinainya kini mencerai derainya..
Ketika Ku cintai gerimisnya kini hatiku terusik oleh pelampiasannya….
Air mata teriakan malam ditengah sendunya Sabtu…
Terlelap sang kanak-kanak terpulasnya mimpi nestapa…
Tak ku sangkai sosok pujaan hatiku membabi buta bersama derunya yang tak tertahan lagi…
Kini ku terpojok di dilema nurani bersama tangisanmu Sentani….
Kini ku berhadapan muka dan muka denganmu sosok semesta yang ku cintai kini ku haru biru mana yang hendak ku salahkan ketika namamu ada di seribu mulut….
Kau disalahkan atas seribu tangisan…
Tarianmu kini menjadi duka nestapa…
Hatiku luka melihat tarianmu yang dulu ku suka…
Apakah ini wujud amarahmu yang tak lagi senduh…
Apkah ini wujud teriakanmu yang tak lagi romantis…
Kini ku berhadapan dengan rasa patah hatiku yang hebat
Ini semua karena ku terlalu menggilaimu
Ini semua karena ku terlalu mengaggumimu
Ohhh sentani maafkan hujan teratasnamakan cinta..
Ohhh Sentani maafkan hujan teratasnamakan semesta….
Ohhh Sentani maafkan hujan teratasnamakan hari…..
Sentani yang indah dengan gagahnya julangan tinggi siklop kini kau merana mengais sisa kenanganmu bersama Cycloop….
Sentani wajahmu kini berlayar di benakku
Tak hentinya ku menangasimu…
Dalam Lamunanku teriakan kanak-kanak menerorku….
Dalam Desahanku teriakan kehilangan menghantuiku….
Sentaniku sayang di hujan bulan Maret . …
Manokwari,17 Maret 2019

*Penulis merupakan Duta Baca Provinsi Papua Barat tahun 2018-2020
