OridekNews.com, Manokwari, – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Otto Parrorongan menyampaikan angka kasus malaria di Papua Barat cenderung menurun dari tahun ketahun. Namun, penurunan itu belum mencapai hal yang diinginkan, yakni angka Annual parasite index (API) 1/1000 penduduk.
Pada pertemuan Mikroplaning, Advokasi dan Sosialisasi Kelambu Massal Regional Manokwari, (13/2/23). Otto meminta dalam penyebaran dan penggunaan kelambu berinsektisida, agar melibatkan mitra, baik dari Provinsi, Kabupaten, Distrik maupun Kampung.
Dinas Kesehatan kata dia, sementara mendistribusikan sebanyak 252.650 kelambu ke kabupaten di Papua Barat.
Otto meminta peran Dinas Kesehatan baik Provinsi dan Kabupaten, melalui petugas puskesmas dan kader Kampung gencar melakukan edukasi penggunaan kelambu.
“Melakukan sosialisasi edukasi kepada masyarakat supaya kelambu yang kita bagi itu bisa digunakan oleh masyarakat. Banyak informasi kelambu dibagi tapi disimpan saja tidak dipakai, sehingga harus benar-benar diberi pemahaman,” terangnya.
Otto menilai, kelambu berinsektisida sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit malaria.
“Kalau ini terbagi dan dipakai oleh semua masyarakat kita, saya yakin sekali malaria itu akan cepat sekali turun,” pesan Otto.
Sementara itu, Kasie P2PM Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Edi Sunandar, ST.,M.Si mengaku pemakaian kelambu sangat efektif menurunkan angka kasus malaria.
Edi menjelaskan, strategi pemakaian kelambu merupakan kebijakan internasional. Dia mencontohkan di daerah Afrika yang endemis malaria, masyarakatnya memakai kelambu anti nyamuk sebesar 85 persen, maka kasus akan turun di tahun berikutnya sebesar 50 persen setelah pemakaian kelambu.
“Kita distribusi kelambu yang didropping Kementerian Kesehatan bantuan dari global fun untuk Papua Barat di bulan Februari akhir hingga Maret, itu akan disebarkan di 12 Kabupaten,” tuturnya.
Menurutnya, tahun ini akan berbeda dengan tahun 2017 dan 2020. Perbedaannya jika dahulu angka kasus masih tinggi di kabupaten kota, maka pemberian kelambu sesuai tempat tidur dan tidak melihat mana daerah yang tinggi dan rendah.
“Nah sekarang tidak bisa, karena sudah bervariasi jadi di endemis tinggi. Di Papua Barat tinggal di Manokwari Manokwari Selatan, Teluk Wondama dan Tambrauw. Jadi 4 Kabupaten ini semua masyarakatnya dikasih pertempat tidur,” ujarnya.
Kabupaten Fakfak, Kaimana, Teluk Bintuni, Sorong, Pegunungan Arfak Kota Sorong lanjut Edi, akan diberikan hanya di daerah yang kasusnya masih tinggi.
“Sedangkan daerah atau distrik yang rendah yang khususnya sudah rendah itu tidak diberikan kelambu sehingga alokasinya akan sangat berbeda,” ucap Edi.
Walaupun wilayah administratif telah berbeda, Edi menyampaikan wilayah Papua Barat Daya akan tetap disalurkan sebab, pendanaan kelambu diprogramkan pada tahun 2022
“Tentunya kita akan melihat misalnya, disana belum siap, maka akan diambil alih Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat,” tuturnya. (ALW/ON)