Orideknews.com, MANOKWARI, – Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Kamis, (20/02).
Penandanganan ini dilakukan oleh Direktur Polbangtan Manokwari, drh. Purwanta, M.Kes dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Jean H. Rollo, S.P., M.M. disalah satu hotel di Manokwari.
Dalam sambutannya, Purwanta menjelaskan, penandatanganan MoU dengan maksud pendampingan perbatasan bidang pertanian. Ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan.
“Regrenerasi pertani, tidak hanya petaninya baik maupun juga regulasi aparatur bidang pertanian,” jelasnya.
Dikatakan Purwanta, sasaran pembangunan pertanian sebagaimana yang disebutkan Menteri SYL dapat menyediakan pangan diseluruh Indonesia, menjadi “PR” kedepan bahwa, di Indonesia masih berada di zona merah terhadap pangan kedepan dapat menjadi kuning bahkan hijau.
Tujuan utama pengembangan pertanian di era Menteri SYL, kata dia, diawali dari ketersediaan pangan, pelaku utama pertanian yakni petani mampu sejahtera, hingga ekspor yang menunjang kesejahteraan.
Purwanta menyebut, program Aksi BPPSDMP Kementan “Kostratani” menjadi salah satu program sinkronisi data petani diseluruh lini. Sekitar tujuh kostrada yang akan dikembangkan di Papua Barat. Tak berhenti sampai disana, kedepan BPPSDMP juga akan mencetak 50ribu petani milienial per-tahun. Polbangtan Manokwari dibidang pendidikan diberi tugas untuk menumbuhkan minat generasi muda untuk bertani menjadi pengusaha milenial berbasis ekspor.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Jean H. Rollo, S.P., M.M mengatakan, rencana Pengembangan Pertanian Perbatasan, pihaknya sangat mendukung apa yang dilakukan Polbangtan Manokwari.
“Kami memiliki 49ribu hektar lahan, 21ribu hektar untuk pertanian dalam sektor luas, dengan kontur tanah yang berbeda sehingga perlu dilakukan penyesuaian komoditas,” ungkapnya.
Jean mengaku, saat ini baru 11ribu hektare yang dikembangkan, namun terkendala alih fungsi lahan, hal yang ditakuti kedepannya, Jayapura tidak lagi memiliki lahan yang produktif dan ketergantungan pangan dengan wilayah lain.
Dikatakannya, padi jagung kedelai, 3 komoditi unggul nasional, padi dan jagung yang berkembang baik di Jayapura. Bahkan, diwaktu-waktu tertentu produksi jagung berlimpah.
Kedepannya, olahan pasca panen sedang diteliti dengan baik untuk menghasilkan keuntungan bagi petani. Demikian pun dengan padi, komuditas unggul nasional mulai disebar ke petani.
Selanjutnya, umbi-umbian yang menjadi tanaman kearifan lokal dipertahankan, yang saat ini sedang menghilang dari peredaran. Tahun 2021, istana sagu akan dibangun. Mulai dari pembibitan, budi daya, panen, hingga produk olahan.
Sektor peternakan, kata Jean, peternak sapi potong sudah mulai menerima sentuhan teknologi. Inseminasi Buatan sudah menjadi hal biasa peternak di sana. “Kalau petani senyum, bahagianya saya,” tutur Jean. (RR/ON)