Orideknews.com, MANOKWARI, – Kementerian pertanian menargetkan 2,5 juta generasi muda pertanian yang tervokasikan di bidang pertanian, yang dapat langsung berpacu dan menghasilkan di lapangan, khususnya di era modern saat ini.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyatakan hidupnya pertanian adalah hidupnya bangsa termasuk generasi milenial. Saatnya sekarang berbicara pertanian yang maju, mandiri dan modern. “Sebab pertanian Indonesia merupakan pilar regenerasi bangsa,” ungkapnya.
Oleh karena itu,kepala Badan Penyuluhan dan pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan fokus dan update untuk mendukung pencapaian program aksi dari Menteri Pertanian dengan revitalisasi peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan melalui Kostratani, penyerapan 50 juta tenaga kerja dan penumbuhan 2,5 juta pengusaha pertanian milenial serta swasembada pangan dan peningkatan ekspor komoditas pertanian.
Menindaklanjuti hal tersebut, Politeknik Pertanian Manokwari terus membangun regenerasi petani milenial dengan melakukan penyuluhan tentang Hidroponik terhadap siswa SMK 6 Masni di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Prafi, Papua Barat.
Penyuluhan yang menggunakan teknik ceramah dan diskusi tentang hidroponik dipandu langsung oleh duta petani milenial papua dan papua barat Malahayati yang juga merupakan Mahasiswi Polbangtan Manokwari
Kegiatan tersebut didampingi oleh Kepala BPP Prafi Jaka Mastuti dan Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (UPPM) Polbangtan Manokwari Oeng Anwarudin berlangsung di ruang pertemuan BPP Prafi. 30 siswa yang ikut serta juga diajak keliling sekitar BPP untuk melihat sarana hidroponik yang dibagi secara berkelompok dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Oeng Anwarudin menyampaikan bahwa Pertanian hidroponik sangat diminati oleh kaum milenial karena dalam pelaksanaannya yang praktis, modern dan dapat didesain sesuai minat pengelola. “Bertani hidroponik efisien dalam pemanfaatan lahan karena tidak memerlukan lahan yang luas tidak harus berkubang dengan lumpur dan kotoran sehingga dilirik para petani pemula dan kaum muda.” Jelas Oeng.
Pada salah satu demonstrasinya, ditampilkan juga pertanian dengan memanfaatkan Internet of Thing (ToT). contoh tersebut merupakan pertanian dikelola dengan sangat modern dimana petani bisa mengkontrol kapan harus menyiram, berapa lama dan berapa kapasitas air yang disiramkan. Hal ini karena pengelolaan pertanian tersebut sudah menggunakan aplikasi yang dapat dikendalikan dari handphone. (RR/ON)