Yogyakarta,– Kementerian Pertanian Republik Indonesia senantiasa mengedapankan kolaborasi antar pihak dan kerja-kerja kolaboratif dalam mewujudkan cita-cita pembangunan pertanian nasional. Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan yaitu dengan menggandeng Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI).
PERAGI sendiri merupakan organisasi profesi ahli agronomi yang didirikan pada tanggal 9 Agustus 1977 di Bogor, memiliki jejaring luas di setiap provinsi dan kabupaten di Indonesia. Anggota PERAGI berasal dari para peneliti dari perguruan tinggi dan lembaga litbang, birokasi pusat dan daerah, pelaku bisnis swasta, dan juga pelaku wirausaha. Termasuk para pioner wirausaha industri Start Up yang didukung oleh generasi milenial.
Kolaborasi Kementan dan PERAGI diharapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dapat memberikan input positif pada pembangunan pertanian Indonesia.
“PERAGI jangan berhenti pada tataran teori. Peran dan kontribusi PERAGI harus strategis dan implementatif. Kementan bagaimanapun membutuhkan input dan saran. Kita tidak bisa bekerja dan berjalan sendiri,” kata Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertani (BPPSDMP) sekaligus Ketua II Nasional PERAGI, Dedi Nursyamsi pada Selasa (28/2) mengukuhkan 35 Pengurus Komisariat Daerah (KOMDA) PERAGI Yogyakarta yang bertempat di Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA).
Pada kesempatan tersebut, Dedi Nursyamsyi berpesan kepada seluruh pengurus KOMDA yang sudah dilantik dan diberikan amanat untuk dapat menjalankan tugas penuh dengan tanggungjawab.
“Samudra pembangunan pertanian kita terbentang sangat luas dan itu memerlukan uluran tangan para ahli agronomi Indonesia terutama yang tergabung dalam PERAGI. Singsingkan lengan baju, kita harus benar-benar turun ke gelanggang untuk menggenjot produktivitas kita,” pesan Dedi.
Ciri-ciri pertanian maju, lanjut Dedi, adalah peningkatan produktivitas dan penerapan inovasi teknologi dan peran dari sarana, kebijakan, dan peran SDM. Ia berharap kepada PERAGI sebagai wadah SDM yang berlatarbelakang keilmuan dan kepakaran dapat memberikan kontribusi yang kongkrit.
“Peran agronomis tidak bisa diabaikan, oleh karena itu saya mengajak kepada seluruh pengurus dan anggota PERAGI untuk menunjukkan bahwa PERAGI dengan dasar keilmuan dan kepakarannya memberikan kontribusi yang kongkrit terhadap pembangunan pertanian kita. Harus ada kontribusi inovasi dan teknologi dari para agronomis,” tambah Dedi.
Ia juga berpesan agar seluruh anggota dan pengurus PERAGI dapat memanfaatkan seluruh sumberdaya dan peralatan yang ada di Yogyakarta ini.
“Pertanian bukan hanya on farm atau off farm. Tapi yang perlu kita garap adalah Sistem dari hulu hingga hilir, termasuk di dalamnya subsistem-subsitem kecil lainnya karena setiap subsitem saling berkaitan dan saling mendukung. Tidak mungkin pertanian akan maju jika sarana dan prasara, nursery, benih bermutu dan berkualitas tidak diurus dengan benar.”
Kolaborasi menjadi poin penting selanjutnya yang disoroti Dedi. Ia menekankan agar PERAGI tidak bersifat eksklusif dan dapat melebur dengan berbagai pihak,
”Saya yakin dari segi kepakaran tidak diragukan lagi, namun yang perlu kita garisbawahi adalah kolaborasi dengan pihak lain. PERAGI harus mempunyai hubungan yang mesra dengan petani, penyuluh, pemerintah daerah, dan pelaku usaha dari upstream, midstream, hingga downstream,” ujar Dedi.
Sementara pada kesempatan yang sama Ketua KOMDA PERAGI Yogyakarta, Gatot Supangkat menyatakan bahwa pihaknya sipa menjalankan tugas dan amanat yang sudah diberikab,
“Tiga kunci utama kita bekerja yaitu Kebersamaan, kesungguhan, dan Keikhlasan selain itu juga dalam bekerja kita perlu Akseleratif, Kreatif dan Inovatif,” ujar Gatot. (MRN/RR/ON)