Orideknews.com, Manokwari, – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat yang diwakili Koordinator Fungsi Statistik Sosial, Robert Ronytua Pardosi melaporkan, periode Maret-September 2021, terjadi penurunan tingkat kemiskinan di Papua Barat sebesar 0,02 persen poin, yaitu dari 21,84 persen menjadi 21,82 persen.
Hal itu disampaikan Robert Ronytua Pardosi pada rilis data kemiskinan dan ketimpangan Provinsi Papua Barat, Senin, (17/1/22) di kantor BPS Papua Barat.
Menurut data BPS secara umum, sebut Roberth, pada September 2021 persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat turun dibandingkan periode Maret 2021.
Namun demikian, secara absolut, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan dari 219,07 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 221,29 ribu orang pada September 2021.
Dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Papua Barat sebanyak 2,2 ribu orang.
Lanjut sebut Robert, disparitas kemiskinan di daerah perkotaan dan perdesaan di Papua Barat masih sangat tinggi. Pada September tercatat persentase kemiskinan di daerah perdesaan mencapai 33,50 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan yang sebesar 6,44 persen.
Jika dilihat dari persentasenya, kemiskinan di perkotaan mengalami penurunan pada September 2021 dibanding periode Maret 2021, yaitu dari 6,50 persen menjadi 6,44persen. Sebaliknya, pada periode yang sama kemiskinan di perdesaan naik 0,10 persen dari 33,40 menjadi 33,50 persen.
Sementara itu, Garis Kemiskinan (GK) pada periodeSeptember 2021 tercatat sebesar Rp.652.521,- perkapita perbulan. Jika dibandingkan dengan GK periode Maret 2021 (Rp.631.418,- perkapita perbulan), maka terjadi kenaikan GK sebesar 3,34 persen.
Lebih lanjut, Robert mengatakan bahwa peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan. Pada September 2021, share komoditi makanan terhadap GK mencapai 75,47 persen.
Untuk, komoditi bukan makanan menyumbang GK sebesar 24,53 persen. Dari 52 komoditas makanan pembangun GK, beras dan rokok kretek filter menjadi komoditas paling penting bagi penduduk miskin.
Pada September 2021 tercatat bahwa sumbangan komoditas beras terhadap GK mencapai 21,30 persen untuk daerah perkotaan dan 19,89 persen untuk daerah perdesaan. Sedangkan sumbangan komoditas rokok kretek filter sebesar 8,78 persen untuk daerah perkotaan dan 11,15 persen di daerah perdesaan.
Dari sisi Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan kemiskinan (P2), tercatat bahwa pada September 2021 terjadi kenaikan pada kedua dimensi tersebut. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada September 2021 sebesar 5,84, naik dibandingkan Maret 2021 yang sebesar 5,49. Demikian juga pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), pada periode tersebut meningkat dari 1,96 menjadi 2,18.
Tingkat ketimpangan, jelas Roberth yang diukur dari nilai Gini Ratio menunjukkan sedikit penurunan. Pada September 2021 terjadi penurunan Gini Ratio sebesar 0,006 poin menjadi 0,374 dibanding periode Maret 2021 (0,380).
Jika dilihat dari distribusi pengeluaran menurut Bank Dunia, secara umum tingkat ketimpangan di Papua Barat pada September 2021 termasuk dalam kategori rendah (17,08 persen). (ALW/ON)