Orideknews.com, Manokwari, – Kodam XVIII/Kasuari memberikan dukungan rangka percepatan pekan imunisasi nasional (PIN) Polio di wilayah Papua Barat.
Dukungan nyata terpantau saat pelaksanaan pelayanan imunisasi di Makodam XVIII/Kasuari, Jumat, (28/6/24).
Antusias para orang tua pada Pelayanan imunisasi tersebut, sebanyak 40 anak mendapatkan imunisasi dosis 1 dan 2.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Feny Mayana Paisey melalui Penanggungjawab Program Imunisasi Dinkes Papua Barat, Hendrik Marisan dikesempatan itu memberikan edukasi bagi para orang tua prajurit TNI AD.
Ia menjelaskan, Dinas Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan anak dan capaian PIN Polio, pihaknya terus gencarkan pelayanan di Provinsi Papua Barat, terutama di ibu kota Provinsi yakni Kabupaten Manokwari.
Hendrik menyampaikan, penyakit yang disebabkan virus dan bakteri seperti virus Cacar, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Influenza, Haemophilus dan penyakit yang disebabkan bakteri, seperti Pertusis, Difteri, Tetanus, Tuberkulosis, sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Kata Hendrik, sejumlah penyakit kini digencarkan pencegahannya antara lain, hepatitis B, tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, rubela, pneumonia atau radang paru, meningitis, kanker leher rahim yang disebabkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV), radang otak dan diare yang disebabkan infeksi Rotavirus.
Menurut Hendrik, imunisasi dilakukan dengan tujuan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu.
Ia menyatakan, apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata dapat membentuk kekebalan kelompok dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan.
“Bayi saat lahir diberikan dulu HB0, terus DPT-HB-HIP, campak, rubella. Waktu umur 1 tahun, 2 tahun dikasih DPT-HB-HIP. Pemberian imunisasi di bawah 1 tahun ada HB0, BCG, DPT-HB-HIP, campak, rubella. Nanti sudah di atas 1 tahun sampai 2 tahun sudah mulai kurang pemberian imunisasinya,” terang Hendrik lagi.
Diusia 7 tahun, antibodi anak menurun. Sehingga harus diberikan 2 antigen lagi di SD kelas 1 yaitu Campak Rubella dan Difteri Tetanus.
Selanjutnya, jelas Hendrik, saat kelas 2 lagi, 1 kali pemberian Difteri Tetanus dan kelas 5 terakhir diberikan Difteri Tetanus. Maka sudah lengkap seumur hidup.
“Yang penting tugas kami di Provinsi adalah memastikan dari bayi itu dia lengkap. Harus lengkap status imunisasinya sampai SD kelas 5,” pungkasnya.
Hendrik mengaku, persoalan yang dihadapi adalah waktu bayi status imunisasi tidak lengkap. Sehingga khusus perempuan, waktu hamil anak pertama, anak kedua wajib diberikan imunisasi.
“Karena status imunisasi dari bayi dengan SD itu tidak lengkap. Sehingga yang khusus perempuan itu diimunisasi waktu bayi lagi. Tapi kalau kita memastikan mereka dari bayi dan SD kelas 1, kelas 2, kelas 5 lengkap, sudah lengkap seumur hidup itu waktu kehamilan tidak perlu lagi imunisasi,” rinci Hendrik.
“Kita terakhir berikan di SD ini adalah Difteri Tetanus untuk menjaga mereka punya kesuburan dengan kandungan. Dari dini sudah harus diberikan. Kelas 5 kita berikan supaya dia masih terlindung sampai umur 39 tahun,” tutur Hendrik.
Mengingat rentan terkontak dari tetanus yang bisa ditularkan dari mana saja misalkan dari paku, dari bakteri dan lain sebagainya maka perlu juga diimunisasi.
Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional, sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Vaksin tersebut aman dan efektif untuk mencegah kesakitan, kecacatan dan bahkan kematian.
Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari, sehingga Hendrik meminta para orang tua tidak kuatir soal imunisasi.
Sementara itu, Kakesdam XVIII/Kasuari, dr. Wiganda, SpB mengungkapkan apresiasi dan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Puskesmas Maripi atas upaya yang dilakukan dalam melindungi generasi masa depan.
“Dukungan pertama, tentu semangat pencegahan terhadap penyakit Polio khususnya di Manokwari, kita mendengar beberapa kejadian yang ada di Papua semoga tidak terjadi disini,” ucapnya.
dr Wiganda yang telah betugas sejak Agustus 2023 ini menilai, sedini mungkin harus dilakukan pencegahan.
Tidak hanya itu, dukungan untuk personil Kodam XVIII/Kasuari juga diharapkan ada kerjasama dengan dinas Kesehatan.
“Baik dukungan personil maupun materil untuk bisa terselenggaranya kegiatan vaksinasi massal khususnya untuk Polio. (ALW/ON).