OridekNews.com, Tambrauw, – Gelaran Musyawarah Adat (Musda) Lembaga Masyarakat Adat Tambrauw 19-21 Januari 2022 telah usai dengan terpilih aklamasi Paulinus Baru sebagai ketua, Gabinus Syufi dari Suku Ireres sebagai wakil dan Melvin Wasabiti sebagai Sekretaris dari Suku Mpur.
Kepada awak media di Fef, ibukota Tambrauw, Papua Barat Daya, Paul mengisahkan proses musyawarah Adat mulai dibentuk kepanitiaan tahun 2019 lalu, namun vakum.
Atas kesepakatan tua-tua adat terutama kepala-kepala Suku dan ketua LMA, lalu memberikan mandat padanya sehingga tahun 2022 dibentuklah kepanitiaan.
“Berusaha dengan berbagai cara dan upaya sehingga kegiatan Musdat telah dilaksanakan,” katanya.
Dibulan November lalu, jelas Paul, telah dilakukan sosialisasi di Sorong, Sausapor, Fef dan Kebar. Januari sosialisasi dilakukan lagi di Mubrani dengan tokoh-tokoh. Selanjutnya di Amberbaken bersama ketua LMA, yang kemudian disampaikan terkait jadwal kegiatan.
“Kegiatan secara umum berjalan dengan baik, walaupun ada riak-riak tetapi itu bagian dari dinamika. Semua yang berbeda pendapat ingin Tambrauw yang lebih baik, intinya itu. Tetapi setelah kegiatan ini sudah berjalan dan musyawarah berlangsung dengan baik,” terang Paul.
Dikatakannya, Komposisi pengurus Lemata, semua suku akan terlibat, suku Abun, Miyah, Ireres, Mpur Biak di Tambrauw dan Suku Moi di Tambrauw. Para pemuda yang memiliki potensi akan dilibatkan dalam komposisi pengurus.
“Hal-hal yang belum kita selesaikan, akan secepatnya terkait laporan ke Pemerintah di Kesbangpol dan lain sebagainya, kita akan selesaikan dalam jangka waktu dekat,” ucapnya.
“Yang terpenting adalah rumah ini, adalah rumah bersama, bukan karena Paul Baru punya kemauan. Tetapi itu maunya kepala-kepala suku yang bersepakat menghadirkan rumah bersama dan memberikan kepercayaan kepada saya jadi yah kita laksanakan,” sambung Paul.
Terkait aspirasi pendemo yang menyatakan Lembaga itu akan menghapus kewenangan kepala suku dan ketua LMA, Paul menegaskan hal tersebut sama sekali tidak benar.
Menurut dia, Informasi-informasi itu sengaja dikembangkan oleh oknum yang belum memahami keberadaan Lemata. Justru Lemata lahir atas kesepakatan ketua LMA dan kepala-kepala suku.
Paul menyatakan, Lemata berkedudukan di Tambrauw sebagai mitra strategis pemerintah untuk mendorong pembangunan di kabupaten Tambrauw.
“Lembaga ini hanya mengurus ruang tamu, misalkan rumah, ada kamar itu Suku-suku. Kamarnya mereka itu ada LMA kepala suku, menjalankan tugas fungsi pokok masing-masing seperti selama ini berjalan. Kami hanya ruang tamu bagaimana mempertemukan mereka, diskusi masalah pembangunan dan sebagainya,” beber Paul.
Ia menilai, masyarakat Tambrauw sebelum ada kabupaten ini, mereka bersatu namun setelah adanya kabupaten, masing-masing berjalan dengan berbagai persoalan yang terjadi di Sukunya.
“Dari refleksi itulah para kepala suku sepakat mendorong rumah bersama yang kini telah hadir. Sehingga rumah ini menjadi rumah bersama, tempat mereka bertemu dan membicarakan berbagai hal guna mendukung pembangunan di kabupaten Tambrauw yang lahir dari perjuangan masyarakat adat,” tambah Paul. (ALW/ON).