Orideknews.com, MANOKWARI, – Tak ingin berpangku tangan hadapi wabah Penyakit Mulut dan Kuku [PMK] pada moment Hari Raya Idul Adha 1443 H, mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari tergabung pun menjadi relawan pengawasan dan pemeriksaan hewan kurban. Mereka pun fokus mengidentifikasi penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan yang akan di kurbankan.
Hal tersebut sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar semua pihak turun langsung dan terlibat dalam penanganan virus PMK.
“Pelaksanaan kegiatan Idul Adha bakal berjalan aman dan lancar meski di tengah adanya wabah PMK. karena PMK bukan wabah berbahaya untuk manusia. Selain tidak bisa menular ke manusia, daging sapi saat ini juga masih aman untuk dikonsumsi.” Kata Syahrul
Sementara, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menyatakan kesiapan jajarannya mendukung negara menghadapi PMK.
“Oleh karenanya kita harus bantu petugas, bantu peternak dengan segala kemampuan agar PMK bisa segera ditanggulangi, dan peternak kita kembali bersemangat untuk beternak, terutama sapi perah dan sapi potong, serta ternak berkuku genap lainnya,” tegas Dedi.
Sebagai wujud pelaksanaan tridharma perguruan tinggi pada bidang pengabdian kepada masyarakat, sebanyak 26 mahasiswa prodi Peternakan dan Kesejahteraan Hewan disebar dibeberapa titik penyembelihan hewan kurban.
Sebelum terun dilapangan, Mahasiswa terlebih dahulu mengikuti pembekalan yang dikelar oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan yang digelar di tanggal 7 juli 2022. Untuk itu setiap relawan dibekali petunjuk teknik pemeriksaan hewan kurban
Aprilia Sangel salah satu mahasiswa Polbangtan Manokwari mengatakan bahwa pemeriksaan hewan kurban bertujuan untuk mengantisipasi agar hewan tidak terjangkit PMK seperti yang sedang marak di Indonesia ini.
“Kita membuktikan bahwa ternak yg di potong sudah bebas dari PMK dengan mengukur suhu pada hewan menggunakan thermogan serta memperhatikan ciri-ciri PMK lainnya. Sebelum di sembeli ternak di periksa secara ante mortem dan sesudahnya diperiksa secara post mortem seperti bagian lambung, karkas, paru-paru, dan hati.” Kata Aprilia
Mahasiswa mengajak langsung masyarakat agar mempertahan Papua Barat sebagai zona hijau PMK dengan mengenali ciri-ciri penyakit PMK diantaranya demam tinggi (mencapai 39oC ) selama beberapa hari, tidak mau makan dan terjadi luka/lepuh pada bagian mulut, termasuk lidah, gusi, dan bagian dalam dan bibir
Dari hasil laporan pengawasan yang dilakukan diberapa titik di Manokwari, Papua Barat tidak ditemukan indikasi penyakit PMK akan tetapi beberapa hewan ternak terkontaminasi cacing hati.
Direktur Polbangtan Manokwari, Purwanta mengatakan bahwa cacing hati yang banyak ditemui di hewan ternak sapi disebabkan karena sapi yang ada hanya digembalakan di kebun-kebun sawit dan memakan rumput disekitar tanaman sawit.
“Keterlibatan mahasiswa pada penyembelihan hewan kurban memberikan manfaat dengan mengedukasi langsung masyarakat tentang bahaya PMK serta masyarakat dilarang mengkomsumsi hati hewan kurban yang telah terjangkit cacing,” jelas Purwanta. (MRN/RR/ON).