Orideknews.com, MANOKWARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat menyatakan pada September 2018 Papua Barat terjadi deflasi sebesar -0,89 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 133,15.
Deflasi tersebut membuat inflasi tahun kalender dari Januari-September 2018 sebesar 5,34 persen dan inflasi tahun ke tahun atau year on year (yoy) sebesar 5,25 persen.
Peryataan tersebut disampaikan kepala bidang statistik distribusi Hendra Wijaya di kantor BPS Papua Barat, Senin (1/10).
“Perkembangan harga komositas pada September 2018 secara umum adanya penurunan. Dari 82 kota IHK, tercatat 66 kota mengalami deflasi dan 16 kota mengalami inflasi,” ucapnya.
Deflasi tertinggi di Pare-pare yaitu -1,59 persen dan terendah di Ternate sebesar -0,01 persen. Sementara di Manokwari mengalami deflasi sebesar -0,09 persen, dengan angka itu Manokwari menempati peringkat inflasi ke 28 di Indonesia.
“Sedangkan kota Sorong mengalami deflasi sebesar -1,14 persen dan menempati peringkat 80 di Indonesia,” jelasnya
Deflasi pada September 2018 itu menunjukkan terkendalinya angka inflasi didaerah ini. “September 2018 terjadi deflasi, ini menunjukkan inflasi di Papua Barat masih bisa terkendali,” tuturnya.
Wijaya mengatakan, deflasi di daerah ini terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh indeks pada beberapa kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan -2,67 persen, sandang -0,71 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan -0,03 persen.
Sedangkan, kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,10 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,31 persen, kesehatan 0,15 persen, dan kelompok pendidikan 0,06 persen. (RR/ON)
error: Hati-hati Salin Tanpa Izin kena UU No.28 Tahun 2014 Tentang HAK CIPTA dan/atau UU RI No.19 Tahun 2016 atas perubahan UU RI No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)