Orideknews.com, MANOKWARI – Lembaga Pendidikan Formal setingkat SMA/SMK Sederajat perlu mendapat pemahaman konstruktif dalam merevitaliasai nilai-nilai pancasila ditengah kehidupan bangsa yang koan dinamis.
Anggota MPR RI Chaidir Jafar saat menemui puluhan pelajar SMA di Kota Sorong Papua Barat mengatakan pesatnya perkembangan teknologi menawarkan akses terhadap berbagai informasi yang positif bagi kemajuan maupun informasi negatif yang berdampak pengerusan nilai-nilai pancasila.
“Meningkatnya kecenderungan sikap hedonistis, materialistis, apatis, dan intolerans dalam masyarakat merupakan fakta adanya pergeseran nilai dan orientasi masyarakat, khususnya generasi muda”. Ujar Chaidir Jafar SE.
Lebih lanjut menurutnya, Karakter masyarakat Indonesia yang terkenal sangat populis dan nasionalis bergeser karakternya menjadi elitis dan pragmatis, bahkan dalam kehidupan demokrasi acapkali terjebak pada pemikiran ethnonationalism dan tribalism yaitu pemikiran kebangsaan berdasarkan etnis dan mentalitas mengunggulkan suku, agama atau etnis.
“Selain pengaruh arus informasi global, juga harus diakui bahwa kurangnya sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan pelajar SMA” Katanya.
lanjut, kata mantan Anggota DPR-PB periode 2009/2014 hal ini juga karena kurangnya keteledanan, dan kondisi kehidupan ekonomi masyarakat yang rentan kemiskinan merupakan faktor-faktor yang turut memberi andil terhadap tergerusnya nilai-nilai Pancasila.
Diihadapkan pada persoalan tersebut, maka revitalisasi Nailai-nilai Pancasila seharusnya dijadikan sebagai sebuah gerakan bersama, pelajar sebagai intelektual organik yang berfungsi melakukan tranformasi nilai dan ilmu pengetahuan serta sebagai wadah pengedukasian dan pembentukan karakter bangsa dituntut untuk meningkatkan perannya. Diharapkan peranan pelajar dan dunia pendidikan dalam proses transformasi nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanakan secara sistematis dan terukur.
Chaidir juga mengingatkan agar semangat revitalisasi Nilai-nilai Pancasila yang dilaksanakan oleh para Guru dan tenaga pendidik lainya di kota sorong hendaknya dapat menghindari pemikiran-pemikiran yang berpotensi menjadikan Pancasila sebagai instrument untuk menghegomoni masyarakat dan alat meligitimasi kepentingan kekuasaan.(Redaksi)