

Orideknews.com, MANOKWARI, – Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, drh. Purwanta, M.Kes menantang generasi milenial Polbangtan Manokwari untuk memperindah kampus dengan berbagai tanaman.
“Bisakah itu tepi-tepi jalan ditanami bunga-bunga seperti yang saya lihat Melbourne Polytechnic Australia?” tanya Purwanta.
Menjawab pertanyaan Purwanta, salah satu mahasiswa Polbangtan Manokwari, Retno Paranta mengatakan, kotor bisa menjadi indah. Pernyataan itu ia sampaikan saat dirinya sedang mengolah kotoran puyuh untuk dijadikan pupuk tanaman hias.
Kata dia, dari kotoran puyuh nantinya, akan muncul bunga-bunga nan indah. Di tengah situasi covid-19, sejatinya seluruh mahasiswa dihimbau untuk kembali ke rumah masing-masing, namun Retno tidak seberuntung itu. Lock down menyebabkan pelabuhan ditutup sehingga dirinya harus tetap tinggal di asrama Polbangtan Manokwari.
Bersama teman-teman lain, Retno mengolah kotoran puyuh menjadi pupuk. Kotoran puyuh ia peroleh dari kegiatan usaha ternak unggas yang dikelola oleh Mahasiswa Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan.
Dalam membuat pupuk organik dibutuhkan bahan pakan seperti dedek dan tambahan pengurai bakteri agar lebih cepat. Namun, mahasiswa tingkat satu Polbangtan Manokwari ini hanya memanfaatkan kotoran puyuh saja dengan mencampurkannya langsung ke tanah.
“Saya tidak campur lagi dengan dedak, karena banyak sisa pakan yang juga tercampur di kotorannya,” ujar Retno.
Kotoran puyuh itu sendiri memiliki unsur hara yang sangat tinggi untuk menyuburkan tanah, serta mengandung unsur C organik yang sangat tinggi, mencapai 17,61 persen.
Retno bersama rekan-rekan menata taman hias yang ada. Tak lupa dengan selalu berinovasi, kini ia manfaatkan kotoran puyuh sebagai pupuk. Generasi Tani Milenial dengan adanya pandemi corona virus (covid-19) meski di asrama saja masih tetap melakukan usaha pertanian.
Polbangtan Manokwari, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Pendidikan Vokasi di bawah naungan BPPSDMP Kementan lebih mengedepankan praktikum lapang dibandingkan dengan perkuliahan. Pertanyaan Purwanta, sebagai bentuk kepedulian dirinya kepada para mahasiswa untuk memberikan kegiatan diluar matakuliah agar para generasi tani milenial ini tidak jenuh berada di asrama.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam setiap pertemuan menyampaikan bahwa pertanian tidak boleh berhenti.
“Ibarat besok kiamat, pertanian harus tetap berjalan,” sebut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (BPPSDMP Kementan), Prof. Dedi Nusryamsi. Kedua Komandan ini lah yang menjadikan Retno tetap semangat menanam bunga nan indah.(RR/ON)
