Orideknews.com, Manokwari, – Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menggelar pertemuan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Laboratorium Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Mikroskopis Tuberkulosis (TBC) pada Rabu, (7/8/24).
Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan upaya penanganan TBC di seluruh wilayah Papua Barat.
Monev ini menghadirkan Peserta dari pengelola program TBC di tingkat kabupaten/kota, petugas laboratorium TCM, petugas laboratorium mikroskopis dari fasilitas kesehatan terpilih, serta petugas Poli TBC dari fasilitas kesehatan terpilih.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Feny Mayana Paisey, melalui Plh. Kepala Dinas Kesehatan, Thomas O. Saghawari, SKM, memberikan apresiasi kepada para pengelola program TBC dan tenaga laboratorium atas dedikasi dan kerja keras mereka dalam menangani isu TBC.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pengelola program dan tenaga laboratorium untuk memastikan diagnosis yang akurat serta penanganan yang efektif.
Pertemuan Monev ini diharapkan dapat menyelaraskan strategi dan upaya dalam penanggulangan TBC di masing-masing wilayah. Diskusi selama pertemuan juga berfokus pada tantangan dan hambatan yang dihadapi serta mencari solusi bersama untuk mengatasinya.
Lebih lanjut, Thomas O. Saghawari mengungkapkan, kerja sama lintas sektor sangat penting untuk mencapai eliminasi TBC.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas capaian penemuan dan pengobatan kasus TBC, yang hingga Juli 2024 mencapai 49% dari target 90% pada tahun ini. Namun, ia menekankan perlunya meningkatkan capaian kelengkapan dan kesembuhan pengobatan, mengingat pada tahun 2023 hanya tercapai 43%, yang mengindikasikan 41% kasus mengalami putus pengobatan, berpotensi meningkatkan penularan dan resistensi obat TBC.
Dalam upaya mengatasi kesenjangan capaian, Saghawari mengingatkan bahwa saat ini dalam menu Biaya Operasional Kesehatan (BOK) terdapat anggaran untuk pemantauan minum obat (PMO), pencarian kasus TB Mangkir, dan investigasi kontak. Ia mendorong semua pihak untuk memaksimalkan operasional tersebut.
“Program TBC saat ini menjadi fokus evaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), bersamaan dengan capaian stunting, kemiskinan ekstrem, dan imunisasi polio. Hal ini menjadi peluang untuk melibatkan semua lintas sektor dan lintas program dalam pembentukan tim percepatan pengendalian TBC,” tambahnya.
Ketua panitia Monev Laboratorium TCM dan Mikroskopis TBC, Billy G. Makamur, melaporkan bahwa sesuai dengan surat edaran Kementerian Kesehatan, pemeriksaan TCM merupakan alat diagnosis utama untuk penegakan diagnosis TBC. Berdasarkan evaluasi penggunaan alat TCM, rata-rata utilisasi TCM dari Januari hingga Juni 2024 adalah 16%, dengan total rata-rata 31 tes.
Makamur juga menjelaskan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan utilisasi TCM adalah adanya tambahan pemeriksaan dari jejaring eksternal melalui mekanisme transportasi spesimen.
Sementara itu, pemeriksaan mikroskopis masih digunakan untuk memantau pasien TBC selama masa pengobatan hingga menentukan keberhasilan pengobatan.
Untuk memastikan kualitas laboratorium, perlu dilakukan pemantauan melalui sistem pemantapan mutu laboratorium yang mencakup pemantapan mutu internal dan eksternal serta peningkatan mutu.
Saat ini, Provinsi Papua Barat memiliki 16 unit alat TCM yang tersebar di rumah sakit dan puskesmas di tujuh kabupaten/kota. Untuk meningkatkan utilisasi TCM dalam pemeriksaan TBC dan aksesibilitas pemeriksaan laboratorium, diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap pemeriksaan TCM dan sistem transport spesimen.
Kegiatan ini kata dia menghadirkan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, yang memberikan informasi dan panduan terkait alur program TBC serta pencatatan dan pelaporan pemeriksaan laboratorium TBC.
Makamur berharap, pertemuan ini dapat memberikan manfaat yang nyata dalam penanggulangan TBC di wilayah Papua Barat. (ALW/ON).