Orideknews.com, KLUNGKUNG – Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Feny Mayana Paisey, menilai Kabupaten Klungkung berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan hingga mencapai 4,7 persen, berkat kuatnya kolaborasi lintas sektor dan optimalnya pelaksanaan intervensi kesehatan.
Hal tersebut disampaikan dr. Feny Mayana Paisey saat melakukan kegiatan Belajar Tiru Praktik Baik Penurunan Stunting di kabupaten Klungkung, Bali pada pekan lalu.
Menurutnya, keberhasilan Klungkung sejalan dengan kebijakan nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden, yakni melalui dua pendekatan utama, intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
“Jika percepatan penurunan stunting hanya mengandalkan intervensi spesifik oleh sektor kesehatan, kontribusinya sekitar 30 persen. Namun intervensi sensitif yang melibatkan lintas sektor justru memberikan kontribusi hingga 70 persen,” ujar dr. Feny.
Ia menjelaskan, intervensi sensitif di Kabupaten Klungkung telah berjalan sangat baik, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten hingga desa. Seluruh perangkat daerah bekerja secara kolaboratif, tidak berjalan sendiri-sendiri, dan saling mendukung dalam satu koordinasi yang solid.
Sementara itu, untuk intervensi spesifik bidang kesehatan, capaian di Kabupaten Klungkung telah melampaui 95 persen, bahkan sebagian indikator mencapai 100 persen. Terdapat 11 indikator utama yang dilaksanakan secara optimal, di antaranya skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri, pemeriksaan kehamilan minimal enam kali (ANC), serta konsumsi 180 tablet tambah darah bagi ibu hamil.
Selain itu, intervensi juga mencakup pemenuhan gizi bagi ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK), pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan, pemberian ASI eksklusif bagi bayi usia 0–6 bulan, makanan pendamping ASI bagi anak usia 6–23 bulan, hingga imunisasi lengkap.
“Faktor pendukung lainnya adalah keberhasilan desa-desa di Klungkung mencapai status bebas buang air besar sembarangan. Akses jamban sehat sudah menjadi perhatian bersama, bahkan keluarga yang belum memiliki jamban akan dibantu secara gotong royong,” jelasnya.
Menurut dr. Feny, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari komitmen kuat pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi program secara rutin setiap bulan.
“Percepatan penurunan stunting tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Diperlukan sinergi, kolaborasi lintas sektor, serta kerja keras semua pihak. Pembelajaran dari Klungkung ini menjadi motivasi bagi Papua Barat untuk mempercepat penurunan angka stunting,” ucap dr.Feny. (ALW/ON).


