Orideknews.com, Manokwari – Sejak pertama kali ditemukan di Merauke pada tahun 1992, penyebaran HIV di Tanah Papua, termasuk Papua Barat, terus meningkat dan kini menjadi masalah serius tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga berdampak sosial dan ekonomi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Alwan Rimosan, mengungkapkan bahwa sejak tahun 2013 hingga 2025, lebih dari 214 ribu warga telah menjalani tes HIV. Dari jumlah itu, hampir 6.000 orang dinyatakan positif. Namun, hanya sekitar 1.400 orang yang rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV), yang berfungsi menekan perkembangan virus dalam tubuh.
“Angka ini menunjukkan masih banyak kasus yang belum terdeteksi atau belum ditangani secara medis. Situasi ini seperti fenomena gunung es—apa yang terlihat hanyalah sebagian kecil dari persoalan yang sesungguhnya,” kata dr. Alwan di Manokwari, Rabu, (7/5/25).
Menurutnya, penularan HIV di Papua Barat sebagian besar disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak aman dan berganti-ganti pasangan tanpa penggunaan kondom. Selain itu, penularan dari ibu hamil positif HIV ke bayi juga menjadi perhatian serius, terutama jika ibu tidak mengikuti program pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT).
Lebih mengkhawatirkan, penyebaran HIV kini telah menjangkau populasi umum, tidak terbatas pada kelompok risiko tinggi seperti pekerja seks atau pengguna narkoba.
“Yang paling terdampak adalah kelompok usia produktif, terutama usia 20 hingga 29 tahun. Ini mengancam masa depan generasi muda dan daya saing tenaga kerja kita,” ujarnya.
Dinas Kesehatan Papua Barat telah membuka akses layanan tes HIV dan pengobatan ARV di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, berbagai program edukasi, penyuluhan, skrining, distribusi kondom, serta kerja sama lintas sektor juga terus digencarkan.
“Kami melibatkan sekolah, gereja, komunitas masyarakat, hingga lembaga pemasyarakatan. Tapi ini bukan hanya tugas Dinas Kesehatan penanganan HIV/AIDS membutuhkan kolaborasi semua pihak,” tegas dr. Alwan.
Ia mengingatkan agar menghapus stigma terhadap orang dengan HIV (ODHIV) serta memperluas edukasi dan akses layanan kesehatan.
“Saatnya bergerak bersama. Kita semua bisa ambil bagian menciptakan Papua Barat yang lebih sehat, bebas stigma, dan berdaya dalam melawan HIV/AIDS,” pesannya. (ALW/ON).