Orideknews.com, Kota Sorong, – Lamberthus Jitmau, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Papua Barat Daya, dapat dikategorikan sebagai salah satu korban dalam dinamika politik yang berlangsung di partainya sendiri.
Meskipun telah berupaya keras untuk menghadirkan delapan kursi di DPR Papua Barat Daya, harapan Jitmau untuk diusung sebagai calon kepala daerah dalam pemilihan yang akan datang harus pupus ketika keputusan dari DPP Partai Golkar jatuh kepada Bernard Sagrim, mantan bupati Maybrat.
Keputusan ini tentu saja menimbulkan kekecewaan yang mendalam, mengingat segala jerih payah dan komitmen yang telah ditunjukkan oleh mantan Walikota Sorong ini dalam membangun dan mengembangkan partai di tingkat daerah.
Perubahan kepemimpinan di tubuh Partai Golkar yang sebelumnya dipimpin oleh Airlangga Hartarto dan kini beralih kepada Bahlil Lahadalia turut memberikan dampak terhadap arah kebijakan dan strategi politik partai tersebut.
Dalam konteks ini, pemilihan Sagrim sebagai calon pilihan DPP mengisyaratkan bahwa ada pergeseran strategi yang mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh Jitmau.
Menyusul perubahan kepemimpinan di level pusat, ketua Insos Kabor Byak Manokwari, Gustavo W. R melihat bahwa partai cenderung mengedepankan figur-figur yang dianggap lebih memiliki daya tarik politik dan jaringan yang lebih luas, yang mungkin berpotensi mendatangkan kemenangan dalam pemilu mendatang.
Gustavo menilai kondisi ini mencerminkan realitas pahit dalam dunia politik, di mana loyalitas dan kontribusi yang signifikan belum tentu menjamin posisi atau dukungan dari partai.
Ia berpandangan, situasi ini menjadi pelajaran berharga bagi sosok Lamberthus Jitmau tentang fluktuasi kekuasaan dan ketidakpastian yang menyertai perjalanan karir politik.
Keputusan DPP untuk tidak mengusung Jitmau adalah sebuah langkah strategis, meskipun di satu sisi juga dianggap sebagai pengabaian terhadap jerih payahnya dalam mengokohkan posisi Golkar di Papua Barat Daya dipucuk pimpinan parlemen.
“Lamberthus Jitmau, dengan segala perjalanan politiknya, kini dihadapkan pada dua pilihan; tetap berjuang di jalur politik dengan membawa visi dan misi yang diyakininya, atau memilih untuk mundur dan memberi ruang kepada generasi baru yang muncul dalam panggung politik,” ucap Gustavo.
Keterpurukan ini mungkin dapat menjadi motivasi bagi Jitmau untuk lebih berbenah diri, memperkuat jaringan, dan membangun kembali kepercayaan dari konstituen maupun anggota partai.
Di sisi lain, keputusan DPP Golkar untuk mengusung Bernard Sagrim sebagai calon menunjukkan bagaimana partai harus terus beradaptasi dengan dinamika politik yang ada, termasuk mempertimbangkan popularitas dan kemampuan kandidat dalam meraih dukungan dari basis massa yang lebih luas.
“Mungkin saja, Golkar tampak berusaha untuk menemukan figur yang dianggap mampu mengakomodasi kepentingan berbagai elemen masyarakat di Papua Barat Daya,” terangnya.
Walaupun Lembaga survei Charta Politika Indonesia melalui laporan survei preferensi sosial dan politik masyarakat Provinsi Papua Barat periode survei 3-13 Mei 2024 menunjukkan tokoh paling dikenal adalah Lamberthus Jitmau yakni 25,8 persen.
Diikuti Abdul Faris Umlati sebesar 19,3 persen dan diurutan ketiga ada nama mantan bupati Maybrat, Bernard Sagrim 14 persen.
Sedangkan, posisi keempat ada mantan Anggota DPR Papua Barat, Abdullah Gazam 7,0 persen. Elisa Kambu 6,7 persen, Stepanus Malak 5,5 persen, Gabriel Asem 2,8 persen, Joppye Onesimus Wayangku, 1,3 persen, Samsudin Anggiluli 0,8 persen, Yohanis Momot 0,7 persen, Ali Hamdan Bogra 0,3 persen dan Oktasari Sabil 0,5 persen.
Gustavo berpendapat apa yang terjadi pada Lamberthus Jitmau mencerminkan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap kader partai dalam menghadapi pergeseran politik yang cepat.
Tantangan ini menjadi ujian untuk dapat mempertahankan eksistensi dan relevansi di mata publik, terlebih dalam menghadapi kompetisi yang semakin ketat di arena politik lokal maupun nasional.
“Kisah Lamberthus Jitmau adalah cerminan dari ketidakpastian yang sering melanda dunia politik, di mana keputusan strategis yang diambil oleh para pimpinan partai dapat berdampak langsung pada individu atau kader yang telah berjuang untuk meraih dukungan dan kepercayaan publik,” bebernya.
Menurut Gustavo Ke depan, bagaimana Jitmau dan Partai Golkar akan melanjutkan langkah mereka di tengah tantangan yang ada menjadi pertanyaan besar yang menyimpan banyak harapan dan kemungkinan.
“Apakah Lamberthus Jitmau tetap berjuang di Pilkada Gubernur Papua Barat Daya? Kita tunggu kejutannya di hari terakhir pendaftaran di KPU Papua Barat Daya,” tutupnya. (ALW/ON).