Orideknews.com, Manokwari, – Dalam pemaparan visi dan misi program kerja para bakal calon Rektor (Carek) Universitas Papua (Unipa) pada Rabu, (14/8/24), perhatian terhadap pengembangan tenaga pengajar, terutama Dosen Orang Asli Papua (OAP), menjadi sorotan.
Empat bakal calon Rektor yang mempresentasikan visi dan misi mereka adalah Dr. Meky Sagrim, Dr. Yafet Syufi, Profesor Sepus Fatem, dan Dr. Hugo Warami.
Yusuf Sawaki, seorang dosen di Unipa, mengungkapkan keprihatinannya terhadap pengangkatan dosen-dosen asli Papua sejak tahun 2004.
Menurutnya, meski terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah OAP yang menjadi dosen antara tahun 2004 hingga 2009, perkembangan tersebut mengalami penurunan drastis setelah periode tersebut.
“Saya mengikuti betul pengangkatan dosen-dosen asli Papua, dan sejak tahun 2004 ada peningkatan yang signifikan, tetapi setelah itu terjadi penurunan yang sangat drastis,” ujar Sawaki saat melontarkan pernyataan ke para bakal calon Rektor.
Ia menyebutkan peraturan penerimaan dosen dengan standar pendidikan minimal Strata Dua menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Yusuf Sawaki berharap agar rektor terpilih dapat menerapkan terobosan yang mampu meningkatkan jumlah dosen OAP secara signifikan.
Ia menjelaskan bahwa setiap tahun Unipa menerima dosen, namun representasi dosen Papua masih kurang.
“Permasalahannya adalah tidak ada SDM dosen Papua, dan informasi mengenai cara mencari potensi calon dosen OAP yang ingin bergabung di Unipa masih menjadi kendala,” tuturnya.
Dari tahun 2004 hingga 2008, dengan pendekatan khusus, pihak Unipa berusaha merekrut calon dosen dari kalangan Papua, baik dari alumni Unipa maupun alumni dari luar, yang merupakan mahasiswa yang belum memiliki pekerjaan.
“Mereka berhasil menjadi dosen, dan kini banyak di antara mereka yang telah meraih gelar doktor,” tambahnya.
Namun, setelah perubahan regulasi terkait pengangkatan dosen, jumlah dosen OAP menurun dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
“Kekhawatiran kami sebagai anak-anak Papua adalah bahwa di kemudian hari kami akan semakin berkurang, dan mungkin saja calon-calon Rektor juga bukan lagi dari kalangan kami, jika tidak ada perubahan kebijakan,” tandas Sawaki.
Ia berharap agar ada calon Rektor yang berani mengambil langkah berani hingga tingkat pusat untuk mengeluarkan kebijakan perekrutan khusus bagi dosen asli Papua di Unipa, bahkan di seluruh wilayah Papua.
“Anak-anak Papua harus menjadi bagian dari sumber daya di perguruan tinggi sebagai dosen. Ini penting dan harus ada tindakan nyata,” tambah Yusuf Sawaki.
Dengan tantangan yang ada, Yusuf berharap untuk pengembangan tenaga pengajar asli Papua di Unipa tetap ada, dan perhatian calon Rektor diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi pendidikan di wilayah Papua. (ALW/ON).