Orideknews.com, Manokwari, – Sesuai data Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada 2023, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan tingkat literasi yang paling tinggi dengan skor tingkat kegemaran membaca (TGM) mencapai 73,27 poin. Posisi kedua diduduki Jawa Tengah dengan 71,31 poin.
Sementara itu, urutan terakhir dengan tingkat literasi paling rendah di Indonesia adalah Papua dengan skor TGM hanya 60,58 poin. Diikuti Provinsi Papua Barat dengan tingkat TGM 62,8 poin.
Hal tersebut mendapat tanggapan dari Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dari Daerah Pemilihan Papua Barat, Filep Wamafma, ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya TGM di Provinsi Papua Barat.
Dalam penilaiannya, Filep menyatakan, daerah ini belum memiliki tempat membaca yang representatif, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan literasi masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.
Filep menegaskan, akses terhadap fasilitas membaca dapat meningkatkan kemampuan membaca masyarakat. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak mampu membaca dengan baik.
“Kita dalam proses rekrutmen mahasiswa baru harus sampai menguji kemampuan membaca mereka. Seharusnya, ketika mahasiswa masuk ke perguruan tinggi, tidak perlu ada seleksi membaca. Ini menunjukkan bahwa masih ada anak-anak kita yang tamat SMA namun tidak bisa membaca,” ujarnya.
Dalam pandangannya, situasi ini mencerminkan masalah yang lebih mendalam, yaitu kurangnya perhatian terhadap pendidikan dasar dan pemahaman pentingnya kemampuan membaca dalam proses belajar.
Filep menyoroti literasi yang rendah tidak hanya menghambat individu dalam melanjutkan pendidikan tinggi, tetapi juga berdampak pada perkembangan sosial dan ekonomi daerah.
“Pendidikan yang baik harus dimulai dari fondasi yang kuat, dan kemampuan membaca adalah salah satu kunci utama dalam hal itu,” jelas Filep.
Ia juga menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan literasi.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari ini merekomendasikan adanya program-program pengembangan yang lebih intensif, termasuk pelatihan bagi guru dan penyediaan sumber belajar yang lebih variatif dan menarik bagi siswa.
Lebih lanjut, Filep berpendapat upaya peningkatan literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga orang tua dan masyarakat.
“Orang tua harus lebih aktif dalam mendukung anak-anak mereka untuk membaca di rumah. Masyarakat juga perlu menciptakan budaya membaca yang positif,” tambahnya.
Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan ini, Filep Wamafma berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada pengembangan infrastruktur pendidikan dan penyediaan bahan bacaan yang berkualitas.
Ia juga mendorong para pemangku kepentingan untuk berinvestasi dalam berbagai program literasi yang menyasar anak-anak dan remaja, demi tercapainya generasi yang lebih terdidik dan berdaya saing.
Filep optimis tingkat buta huruf di Papua Barat, khususnya Manokwari, dapat berkurang secara signifikan. Ia percaya setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang, sehingga mereka mampu berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. (ALW/ON)