Orideknews.com, Manokwari, – Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Papua Barat, Prof. Dr. Charlie D. Heatubun, S.Hut, M.Si, FLS termasuk dalam 9 orang ahli yang mengorbitkan Buku Palms of New Guinea.
Buku tersebut secara resmi dicetak oleh Kew Publishing di Kebun Raya (Royal Botanic Gardens) Kew di London, Inggris pada 13 Februari 2024.
Kepala Sub Bidang Diseminasi dan Publikasi badan Riset dan Inivasi Daerah Provinsi Papua Barat, Ezrom Batorinding, S.Hut, M.Sc melalui keterangan pers tertulisnya kepada media ini menjelaskan bahwa, Buku Palms of New Guinea merupakan hasil dokumentasi kekayaan spesies, salah satu suku tumbuhan penting Pulau Nigini dan pulau-pulau sekitarnya.
Pertama kalinya dihasilkan secara komprehensif dan menjadi karya monumental bukan saja berkontribusi bagi ilmu pengetahuan, tapi juga secara praktis dapat digunakan para pihak yang memerlukan dalam menggunakan sumberdaya tumbuhan di Tanah Papua dan Indonesia secara bijaksana, terutama pengambil kebijakan untuk melindungi dan melestarikan kelompok tumbuhan yang unik dan menarik ini.
Menurut Ezrom, buku panduan pengenalan Suku Palem-paleman atau Pinang-pinangan (Family Arecaceae) memuat 250 spesies palem termasuk 91 spesies baru untuk ilmu pengetahuan (new-to- science).
Dia merincikan bahwa, buku Palms of New Guinea berisi lebih dari 726 halaman lengkap dengan sekitar 650 foto berwarna dan masing- masing spesies dibuatkan gambar ilustrasinya oleh seniman botani terkenal Lucy T. Smith yang sudah sering mendapatkan penghargaan atas karya-karya ilustrasi dan lukisannya.
Selain itu, dilengkapi peta distribusi, informasi habitat, status konservasi dan nama ilmiah, nama lokal dan kegunaan dari masing-masing 250 spesies palem (dan rotan) yang diakui dan valid secara ilmiah.
Struktur buku ini dibuat seringkas mungkin dengan memaksimalkan tampilan informasi penting yang memang perlu ditampilkan.
Bagian utama terdiri dari Sambutan, Kata pengantar, Ucapan terima kash dan penghargaan, Informasi penulis, Pengenalan Nuigini dan floranya, Palem Niugini dalam konteks global, Eksplorasi flora palem Nigini, Deskripsi dan dokumentasi palem Nigini, Distribusi dan ekologi palem Niugini, Etnobotany palem Niugini, Resiko kepunahan dan palem Nigini, dan Taksonomi dan klasifikasi.
Terpenting, sebagai buku panduan, dilengkapi dengan kunci identifikasi (determinasi) baik ke marga (genus) maupun ke spesies pada masing-masing marga yang ada.
Program Riset Palem Niugini dan Penulisan Buku
Program riset dan rencana penulisan buku Palem Nigini dimulai sejak pertemuan di Kebun Raya Kew di London, Inggris pada tahun 1998, dimana ide untuk melaksanakan kolaborasi riset dan menjawab kegundahan/kegelisaan akan kebutuhan sebuah sumber informasi standar yang up to date dan valid sebagai referensi atau acuan keanekaragaman suku palem- paleman yang ada di Pulau Nigini dan pulau-pulau sekitarnya.
Sejak saat itu, terbentuk sebuah tim periset internasional yang beranggotakan beberapa orang ahli palem dari Amerika Serikat, Denmark, Australia, Indonesia, Papua New Guinea dan dikoordinir oleh Kebun Raya Kew di London, Inggris.
Program kolaborasi riset ini secara berkelanjutan menitikberatkan pada peningkatan kapasias (capacity building) terutama di Pulau Niugini (Indonesia dan Papua New Guinea) sebagai tuan rumah melalui sharing knowledge &experience, penggalang dana bersama, ekspedisi atau eksplorasi lapangan, pelatihan dan pendidikan lanjut, publikasi ilmiah dan peningkatan fasilitas dan infrastruktur koleksi ilmiah.
Sejalan dengan berjalannya waktu, dengan berbagai hambatan dan tantangan, termasuk keterlibatan anggota tim yang “keluar-masuk” akhirya hasil kerja selama 26 tahun berhasil dituntaskan.
Pinang Presiden Jokowi (Areca jokowi)
Dari 91 spesies baru bagi ilmu pengetahuan, termasuk 3 spesies pinang (palem marga Areca) baru yang penamaan nama spesiesnya unik karena penghargaan kepada para tokoh dan institusi.
Pertama adalah Pinang Jokowi (Areca jokowi) yang merupakan nama Presiden Republik Indonesia ke-7, yaitu Bapak Joko Widodo atau biasa dikenal dengan Pak Jokowi yang telah membawa perubahan, kemajuan dan pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua.
Kedua adalah Pinang Mandacan (Areca mandacanii) yang merupakan nama dari Kepala Suku Besar Arfak, Bupati Manokwari (periode 2000-2005, 2005-2010) dan Gubernur Papua Barat (periode 2017-2022). Dan ketiga adalah Pinang Unipa (Areca unipa) yang diambil dari singkatan Universitas Papua – UNIPA di Manokwari Papua Barat, yang mana merupakan institusi tuan rumah dalam mendukung dan menjalankan program riset palem Niugini sejak awal. (*/ALW/ON)