OridekNews.com, Manokwari, – Spesifikasi kelambu yang diberikan Global Fund kepada Indonesia termasuk Papua Barat, pada tahun-tahun sebelumnya berbahan royal sentry. Mirip nilon, kelambu itu disebut terasa mengkerut, sempit dan penggunanya terasa panas.
Namun, untuk spesifikasi kelambu tahun 2023 ini, terbuat dari polyester, bahannya mirip kain sehingga tidak mengkerut. Terlihat halus, kemudian lubang-lubangnya akan kelihatan kecil dan tidak mengkerut, diklaim penggunanya akan nyaman. Hal tersebut diakui Kasie P2PM Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Edi Sunandar, ST.,M.Si.
“Ini yang baru karena sesungguhnya, yang lama sudah 3 tahun, maka obat anti nyamuknya itu sudah expired. Jadi tidak efektif, sehingga perlu diganti dengan kelambu yang baru. Harapannya, kelambu baru dengan anti nyamuk yang baru, akan mengurangi jumlah populasi, mungkin ada sehingga akan menurunkan kasus malaria di Papua Barat,” jelas Edi Sunandar kepada Media ini.
Dia mengaku, pemakaian kelambu sangat efektif menurunkan angka kasus malaria karena kebijakan pemakaian kelambu ini adalah kebijakan internasional.
“Karena hasil penelitiannya kenapa ini dijadikan strategi di daerah Afrika endemis malaria dimana populasinya di mana masyarakatnya memakai kelambu anti nyamuk sebesar 85 persen, maka kasus akan turun di tahun setelah memberikan kelambu itu, sampai 50 persen,” ungkap Edi.
Dikatakannya, kelambu harus digunakan masyarakat sebab menjadi strategi nasional yang dipakai untuk menurunkan kasus yang ada di Indonesia juga di Papua Barat.
“Di tahun 2023 ini kemungkinan akan kita laksanakan (pembagian kelambu massal.red) di bulan Februari akhir hingga Maret,” tambah Edi. (ALW/ON)