OridekNews.com, MANOKWARI – Sekjen Gerakan HAM Bersatu, Septi Meidodga menilai kehadiran Perusahaan Kelapa Sawit, wilayah Manokwari, Provinsi Papua Barat menjadi ancaman kehancuran Adat Istiadat Suku Arfak.
Pasalnya, masyarakat adat suku Arfak dulunya bisa mencari nafkah untuk keberlangsung hidup seperti berburuh sudah tidak bisa dilakukan, karena daerah atau hutan sudah berubah menjadi kebun kepala sawit.
“Suku Arfak memiliki sub suku yaitu, Hatam,Meyah, Soub, Hatam Moile,Kebar,Karon,Moskona. Sub suku tersebut di wilayah adat mereka telah di kuasai oleh perusahaan kelapa sawit,”kata Septi Meidodga kepada OridekNews.com, di Manokwari, Rabu (5/04/2018).
Dijelaskannya bahwa diantarnya Sub suku meyah yang wilayah adat mereka telah dikuasai oleh PT. Medco dan telah beroperasi dengan lahan 8.000 hektar, bahkan sudah diproduksi.
“Sementara sedang memperluas lahan dengan hutan adat milik masyarakat adat suku meyah Arfak manokwari,”ujarnya.
Untuk itu, Tokoh Pemuda Arfak ini mengutarakan, dampak dari operasinya perusahaan tersebut telah mengikis tradisi adat istiadat dalam hal berburu.
“Sehingga mata pencarian masyarakat adat juga telah hilang akibat hutan yg dijadikan tempat mata pencarian telah dialih fungsikan menjadi perkebunan sawit dengan pohon minyak goreng tersebut,”beber Meidodga.
Oleh sebab itu, dirinya berharap kepada Pemerintah maupun Lembaga-lembaga terkait untuk dapat melihat persoalan ini, karena menurutnya dengan adanya kehadiran perusahan sawit, kambat laun budaya dari suku Arfak akan punah dan hilang. (FRE/ON).