Orideknews.com, Manokwari, – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat merilis perkembangan sejumlah indikator ekonomi regional untuk April 2025, meliputi Nilai Tukar Petani (NTP), Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP), serta indeks konsumsi rumah tangga atau inflasi pedesaan di Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Pada April 2025, NTP Papua Barat tercatat sebesar 99,41, naik 0,18% dibandingkan Maret 2025. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,47%, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya naik 0,29%. Komoditas utama yang mendorong kenaikan ini antara lain tomat, kelapa sawit, ikan cakalang, dan ikan kakap.
Kepala BPS Provinsi Papua Barat, Merry dalam rilisnya menyampaikan, subsektor perikanan tangkap mencatat kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,43%, sementara penurunan terdalam terjadi pada subsektor peternakan yang turun 0,82%, akibat turunnya harga sapi potong, ayam ras pedaging, dan ayam kampung.
Di Papua Barat Daya, NTP April 2025 tercatat sebesar 97,96 atau meningkat 0,62% dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas hortikultura seperti kangkung, cabai rawit, sawi hijau, dan bayam menjadi pendorong utama kenaikan ini. Subsektor hortikultura mencatat kenaikan NTP tertinggi sebesar 2,16%, sedangkan penurunan terdalam terjadi pada subsektor perikanan tangkap yang turun 0,66%.
NTUP Papua Barat pada April 2025 mencapai 104,55 atau naik 0,49% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,47% dan turunnya indeks biaya produksi serta penambahan barang modal sebesar 0,02%. Komoditas yang mempengaruhi penurunan biaya produksi antara lain herbisida, tali, dan bahan bakar seperti solar dan bensin.
Kenaikan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor perikanan tangkap sebesar 1,74%, sedangkan penurunan terdalam terjadi pada subsektor peternakan yang turun 0,61%.
Sementara itu, NTUP Papua Barat Daya mengalami peningkatan lebih signifikan, yaitu 1,27% menjadi 103,12. Kenaikan ini ditopang oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,13% dan turunnya indeks biaya produksi sebesar 0,14%. Subsektor hortikultura kembali mencatat peningkatan tertinggi dengan kenaikan NTUP sebesar 2,75%, sedangkan subsektor perikanan tangkap mengalami penurunan NTUP sebesar 0,15%.
Inflasi pedesaan di Papua Barat pada April 2025 tercatat sebesar 0,38%, dengan indeks konsumsi rumah tangga naik dari 118,01 pada Maret menjadi 118,46. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 2,66%. Sebaliknya, deflasi terdalam terjadi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,94%.
Di Papua Barat Daya, inflasi pedesaan tercatat lebih tinggi, yaitu 0,7%, dengan indeks konsumsi rumah tangga naik dari 116,29 menjadi 117,1. Kelompok konsumsi perumahan, listrik, air, dan bahan bakar rumah tangga mencatat inflasi tertinggi sebesar 4,72%, sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi terdalam sebesar 0,91%.
“Dalam lingkup regional Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), dari total 14 provinsi, Papua Barat menempati peringkat ke-12 dalam hal nilai tukar petani, mengalami penurunan peringkat dibandingkan bulan sebelumnya,” ucap Merry. (ALW/ON).