Orideknews.com, Manokwari, – Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menginisiasi pertemuan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) kabupaten Manokwari tahun 2023 di gedung KNPI Sowi Gunung Manokwari, Kamis, (11/1/23).
Pertemuan itu, diikuti puluhan petugas kesehatan (nakes) di 6 puskesmas dan kader DBD di Manokwari. Kegiatan itu dilakukan guna pengelolaan pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan atau potensi bencana di Kabupaten Manokwari.
Kabid P2P Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Nurmawaty menyampaikan, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari melalui Bidang P2P pada tahun 2023 mengonfirmasi kasus demam berdarah di ibu kota Provinsi Papua Barat yang mengalami peningkatan.
“Ditemukan di Manokwari, ini memang tentu saja seiring dengan kebiasaan atau memang kebutuhan masyarakat akan air, sehingga mereka melakukan penampungan-penampungan di rumah dan berisiko terjadinya tempat perindukan nyamuk. Dan juga musim hujan seperti saat ini juga perlu diwaspadai bertambahnya tempat-tempat perindukan nyamuk,” jelasnya.
dr Nurmawaty mengaku, nyamuk demam berdarah bersarang dilingkungan sekitar yang ada tempat penampungan air. Untuk itu diharapkan pemberantasan nyamuk bisa menjadi budaya masyarakat di Kabupaten Manokwari.
“Semua rumah tangga, semua keluarga yang ada di Manokwari untuk bisa melakukan pemberantasan sarang nyamuk, dengan gerakan satu rumah satu jumantik (juru pembasmi jentik.red) yang sehingga paling tidak seminggu sekalilah mereka bisa melakukan kegiatan pemantauan dan pembasmian jentik di setiap rumah masing-masing,” terang dr. Nurmawaty.
Menurutnya, selain di Manokwari, semua daerah di Papua Barat berpotensi meningkatnya kasus DBD seiring terbukanya wilayah, pembangunan dan transportasi.
“Seiring dengan kemajuan transportasi, baik pesawat, kapal kendaraan yang bisa menjadi sarana pembawa nyamuk dari daerah satu ke daerah lain, sehingga perlu kita waspadai,” pesannya.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Marthen Rantetampang mengatakan pertemuan yang digelar merupakan suatu langkah yang baik.
Dia menilai penanganan DBD perlu peran serta masyarat, jika nyamuknya tidak ada, DBD dapat teratasi.
“Ini sudah suatu langkah bagus, untuk bagaimana kita menggerakkan masyarakat ini. Karena kasus ini hampir merata dalam kota,” jelasnya.
Marthen berharap pertemuan yang digelar dua hari itu dapat menghasilkan rencana aksi kedepan untuk mengatasi DBD di Manokwari.
“Besok untuk turun ke lapangan, menilai lingkungannya seperti apa, jentik ada atau tidak, lingkungan bersih atau tidak. Nah ini yang perlu nanti melibatkan masyarakat untuk penanggulangannya,” beber Marthen.
Ia mengajak masyarakat ketika ada mengetahui ciri-ciri bahwa masyarakat demam kemudian ada bintik merah di kulit, untuk segera melapor ke Puskesmas atau layanan kesehatan lainnya.
“Maka respon cepatnya itu adalah masyarakat melaporkan ke tenaga kesehatan yang terdekat saja,” pesannya. (ALW/ON).