Orideknews.com, Teluk Wondama, – Sebanyak 388 siswi SMA dan SMP di kabupaten Teluk Wondama mendapatkan pelayanan imunisasi Tetanus Difteri (Td) Wanita Usia Subur (WUS), pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan skrining Penyakit Tidak Menular (PTM) 19-21 September 2023.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Provinsi Papua Barat, Owira Indow,SKM.,M.Kes kepada media ini melaporkan capaian pelaksanaan imunisasi Td Wus di SMA Negeri 1 Teluk Wondama kelas 12 meliputi Td1=3, Td2=13, Td3=17, Td4=20, Td5=31 sedangkan TTD dan PTM sebanyak 87 orang siswi. Sedangkan kelas 10 dan 11 , Td1=1, Td2=19, Td3=43, Td4=49, Td5=35. TTD dan PTM sebanyak 147.
Di SMP N 1 Wasior kelas pelayanan menyasar kelas 8-9 yang terdiri dari Td1=1, Td2=3, Td3=0, Td4=9, Td5=0, untuk pemberian TTD dan PTM sebanyak 79 siswi.
Selanjutnya untuk SMP YPK Aitumeri, Td1=4, Td2=14, Td3=21, Td4=17, Td5=15 dan pemberian TTD dan PTM sebanyak 75 orang sasaran.
Owira Indow menjelaskan, imunisasi Td Wus umur 15-37 tahun dapat mencegah penyakit tetanus dan difteri baik pada ibu ataupun penyakit tetanus pada bayi yang baru dilahirkan.
“Jadi penting remaja sekolah SMA dan SMP kelas 3 wajib diberikan Imunisasi Td Wus, sehingga suatu saat terkena dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan saja,” terangnya.
Selain itu, pemberian TTD pada remaja dan WUS diberikan sebanyak satu kali dalam seminggu, hal itu guna mencegah anemia atau kekurangan darah dampak (stunting) kekurangan gizi.
“Deteksi dini PTM pada anak sekolah SMA,SMP, guna untuk mengetahui faktor risiko PTM pada anak sekolah, pemeriksaan yang dilakukan adalah pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, pemeriksaan tekanan darah dan gula darah,” tutur Owira.
Kegiatan tersebut digelar dengan menindaklanjuti Perpres RI nomor 72 tahun 2021, Pergub nomor 17 tahun 2023 tentang percepatan penurunan stunting pada kelompok remaja dan surat keputusan berasama Menristek Dikti, Menkes, Menag dan Mendagri nomor 03/KB/2022, Nomor HK.01.08/Menkes/1352/2022, Nomor 835 tahun 2022, Nomor 119, 5091.A tahun 2022 tentang penyelenggaraan peningkatan status kesehatan peserta didik SMA/Madrasah Aliyah yang meliputi, pelaksanaan aksi bergizi (pemberian tablet tambah darah) dan pemeriksaan status imunisasi bagi wanita usia produktif dengan sasaran usia 15 tahun keatas.
Penanggungjawab Program Imunisasi Dinkes Papua Barat, Hendrik Marisan menjelaskan, pelayanan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung penurunan stunting di Papua Barat.
Program Imunisasi dilakukan berintegrasi dengan Program Kesehatan Ibu Anak dan Program Penyakit Tidak Menular.
“Kalau mereka sudah mengikuti jadwal imunisasi secara baik, sebenarnya sudah lengkap dari T1 hingga T5. Waktu SD kelas 5 dengan program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah), tidak perlu imunisasi lagi. Waktu menikah melahirkan anak pertama kedua dan seterusnya tidak perlu imunisasi,” lanjut Hendrik.
Kata dia, berdasarkan data bahwa banyak terjadi keguguran dan tetanus, hal itu di Papua banyak terjadi perlakuan saat lahiran, dimana ibu melahirkan tali pusar dipotong menggunakan bambu, silet, gunting. Cara tersebut menyebabkan infeksi, maka Tetanus harus dicegah.
“Itu juga mengarah kepada stunting, karena tidak ada proteksi kesehatan pada wanita itu sendiri, tugas kami adalah mengendalikan itu mulai dari remaja, vaksin Td yang disuntikan dosisnya 0,5 ml,” ucapnya.
Dia menyampaikan, dari T1-T2 intervalnya ketika dilakukan skrining dan jawabannya adalah tidak tahu, dianggap tidak pernah memiliki riwayat imunisasi.
“Maka kita mulai melakukan imunisasi T1 dan untuk T2 sebulan berikutnya baru dilakukan penyuntikan. T3 dilakukan setelah 6 bulan dan T4 dan T5 intervalnya satu tahun. Target kami adalah semua wanita yang berada di masing-masing sekolah,” tuturnya,
Hendrik mengaku tidak ada penolakan soal imunisasi yang diberikan, kegiatan itu juga diintegrasikan dengan pemberian obat tambah darah, pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut dan edukasi kesehatan. (ALW/ON)