Orideknews.com, Manokwari, – Yayasan EcoNusa bekerjasama dengan Balitbangda Papua Barat menggelar Webinar bertajuk “Sosialisasi Ilmuwan Muda Papua 2021” pada Sabtu, 3 Juli 2021.
Webinar itu bertujuan menyebarluaskan informasi dan menjaring mahasiswa-mahasiswi Papua dan Papua Barat guna mengirimkan proposal penelitiannya serta berkompetisi dalam Ilmuwan Muda Papua 2021.
Dalam webinar itu sebagai narasumber adalah Prof. Dr. Charlie Danny Heatubun, S.Hut, M.Si. FLS (Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat), Prof. Jatna Supriatna, M.Sc, Ph.D (Dosen Universitas Indonesia), Rina Kusuma (Manager Program PYM), Ian Immanuel Homer dan Yan Zakeus (Alumni IMP 2020).
Prof. Charlie D. Heatubun dalam kesempatan itu mengungkapkan bahwa, jika dibandingkan dengan koleksi penelitian keanekaragaman hayati di negara tetangga, koleksi informasi dari penelitian di wilayah Papua dan Papua Barat terbilang masih sangat minim.
“Koleksi keanekaragaman hayatinya kita masih minim jika dibandingkan dengan informasi yang dihasilkan dari penelitian keanekaragaman hayati di negara tetangga kita Papua Nugini atau Australia yang jauh lebih terang benderang,” terang Prof. Charlie.
Menurut dia, koleksi keanekaragaman hayati di Papua Barat masih banyak yang belum diketahui.”Apa sih sebenarnya yang ada di daerah itu, apa koleksi kekayaan hayatinya, floranya, faunanya, budayanya, atau natural story-nya tapi wilayah itu sudah keburu dikapling, ditebang, diambil kayunya, ditebang untuk land clearing, diubah jadi lahan kelapa sawit,” jelas Prof Charlie.
Dari segi ilmu pengetahuan, lanjut dia, itu merupakan kerugian yang sangat besar. “Kita tidak tahu apakah di dalam hutan yang ditebang ada potensi tumbuhan obat yang mungkin dibutuhkan terutama di masa pandemic Covid-19 misalnya,” bebernya.
Sementara itu, CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar menyatakan bahwa, Program itu khusus mengajak anak-anak muda di Tanah Papua agar lebih kreatif dalam berpikir bagaimana mendorong pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua.
EcoNusa, sebut Bustar, berharap program tersebut bisa berkontribusi signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia di Tanah Papua dan secara langsung berkontribusi terhadap upaya pembangunan berkelanjutan.
“Kita harus buktikan anak muda Papua tidak kalah dengan anak muda dari wilayah lain. Kita punya sumber daya alam melimpah, kita punya hutan yang luas, laut yang luas. Itu adalah modal kita untuk memajukan Tanah Papua sehingga pengelolaannya bisa kita lakukan sendiri secara bijaksana,” pesan Bustar.
Untuk diketahui, pendaftaran Ilmuwan Muda Papua 2021 akan dibuka bulan Juli 2021 dan rangkaian proses kegiatan dilakukan hingga Oktober 2021. Peserta yang lolos seleksi akan berkesempatan mengikuti serangkaian kegiatan peningkatan kapasitas ilmuwan muda handal antara lain bootcamp riset pengelolaan sumber daya alam dan budaya Tanah Papua, bantuan teknis pelaksanaan pelatihan, mentoring dari peneliti senior, workshop science communication, dan seminar hasil penelitian di Jakarta. (ALW/ON)