Orideknews.com, Manokwari, – Percepatan regenerasi petani yang digaungkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), salah satunya dengan mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi melalui Zoom Meeting pada Rabu (16/7), menyebutkan regenerasi dan peningkatan Penguatan pendidikan pertanian, utamanya pendidikan vokasi menjadi kata kunci untuk pengembangan SDM kedepan.
Kata Dedi, terdapat tiga faktor pengungkit produktivitas pertanian diantaranya inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, kebijakan peraturan perundangan termasuk kearifan lokal, serta SDM Pertanian.
“SDM Pertanian menyokong 50 persen peningktan produktifitas pertanian, sisanya masing-masing berimbang menyumbangkan 25 persen. Oleh karena itu, pembangunan pertanian belum cukup kalau membicarakan inovasi dan sarana prasarana,” ujarnya.
Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, drh. Purwanta,M.Kes menyatakan, unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementan Bidang Pendidikan Pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) memegang andil dalam peningkatan prodikutivitas tersebut.
“Polbangtan Manokwari siap mencetak SDM pertanian yang profesional, berdaya saing, dan wirausaha mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, modern demi mendukung produktivitas pertanian nasional,” tuturnya.
Polbangtan Manokwari, tambah Purwanta, turut melakukan kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri dalam mencetak lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Sejalan dengan apa yang telah dijalankan, Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Mindo Sianipar menyikapi peningkatan produktivitas pertanian tidak sebatas “bagi-bagi tanah” namun harus masuk dalam penguatan SDM.
“Kerja sama antar Perguruan Tinggi dirasa penting untuk menumbuhkan pemahaman teori dan juga lapangan dalam menyusun kurikulum,” jelas Mindo.
Dia menyebut, sekolah lapangan atau wadah tempat petani bertemu juga dibutuhkan untuk sebagai bentuk pengaplikasian teori, memotivasi petani serta mengkonsolitasikan petani untuk tujuan bersama.
Sementara itu, narasumber webbinar dengan tema “Penguatan Proses Pembelajaran Pendidikan Vokasi Pertanian” yang juga merupakan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir mengungkapkan, berbekal pengalaman ke negara sakura, Winarno menuturkan bahwa majunya pertanian di Jepang dikarenakan sistem yang telah berjalan dengan baik. “Anak pertama mewarisi lahan pertanian keluarga, yang dibagi bukan tanahnya tapi keuntungan dari hasil pertanian,” imbuhnya.
Tambah Winarno, jika di Indonesia hal ini juga dapat diterapkan, serta generasi muda tidak lagi merasa malu untuk menjadi petani, peningkatan produktivitas pertanian menjadi sebuah keniscayaan. (Nsd/RR/ON)