Orideknews.com, SORONG, – Sebanyak 19 orang pengelola ekowisata berkelanjutan dari 9 kabupaten di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, mengikuti Lokakarya Ekowisata.
Lokakarya yang digelar di Kota Sorong pada 17-18 Februari 2020 ini, berdiskusi dan bertukar pikiran bersama guna memajukan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat Drs. Ruland Sarwom, M.Si, saat membuka kegiatan mengatakan, UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan nasional RIPARNAS, ada 4 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) di Papua dan 2 di Papua Barat.
“Pembangunan kepariwisataan yang berbasis masyarakat adat secara berkelanjutan dan terpadu antar stakeholder seperti ini sangat penting, dengan satu tujuan untuk menjalin komunikasi dan membangun komitmen bersama untuk ekowisata di Tanah Papua,” kata Ruland.
Direktur Program Yayasan EcoNusa Muhammad Farid mengatakan pihaknya senang melihat masyarakat sejahtera dengan mengelola sumberdaya alamnya sendiri.
Tujuan lokakarya itu, kata dia, selain mengidentifikasi dan mengumpulkan contoh praktik baik dari seluruh Tanah Papua tentang bagaimana mengelola ekowisata. Juga ingin menggali tantangan dan permasalahanya sekaligus bagaimana menjawab permasalahan tersebut.
Baik melalui sebuah platform atau jaringan kolaborasi pembelajaran dan tukar informasi bersama antar pelaku ekowisata berbasis masyarakat di Tanah Papua.
Lokakarya itu difasilitasi oleh Indonesian Ecotourism Network (INDECON) dan didukung sepenuhnya oleh Yayasan EcoNusa bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua.
“Program ekowisata sebagai salah satu bentuk ketangguhan masyarakat (community resilence) yang secara tidak kita sadari mendukung upaya-upaya melindungi ekosistem hutan dan ekosistem laut dalam skala luas,” ujarnya.
Dikatakannya, ekowisata haruslah berbasis masyarakat adat karena, masyarakat Adatlah yang mengetahui potensi alam, budaya, makanan dan kerajinan tangannya.
Sementara itu, Pengelola wisata alam dari Malaumkarta Raya Kabupaten Sorong, Absalom Kalami mengungkapkan rasa syukurnya karena diundang oleh Yayasan EcoNusa, bersama sejumlah orang dari kabupaten lainnya.
“Dalam kegiatan yang benar-benar membicarakan situasi dan kondisi ekowisata di Kampung dan bagaimana kami yang bekerja ini, dapat saling belajar untuk memajukan usaha wisata alam untuk kesejahteraan kami sendiri yaitu Orang Asli Papua di atas tanah-nya.” Ungkap warga yang berhasil menjaga hutannya dari konversi sawit tersebut. (ALW/ON)