Orideknews.com, Manokwari, – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Alwan Rimosan, SpB, FINACS, mengingatkan kolaborasi multisektor dan penguatan layanan kesehatan dalam upaya menanggulangi HIV/AIDS di Tanah Papua. Pernyataan ini disampaikan dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia tingkat Papua Barat, Senin, (1/12/25).
dr. Alwan menyampaikan, sejarah epidemi HIV di Papua telah berlangsung lebih dari tiga dekade sejak kasus pertama ditemukan pada 1992 di Merauke. Berbagai survei kesehatan menunjukkan bahwa Papua masih menjadi wilayah dengan beban HIV tertinggi di Indonesia.
Ia menjelaskan, Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2025 mencatat temuan signifikan di Papua Barat, yakni 117 kasus pada laki-laki dan 156 kasus pada perempuan selama periode Januari–Maret 2025.
Sementara prevalensi HIV di Tanah Papua secara umum mencapai 1,44% pada populasi umum, menunjukkan bahwa HIV masih berada dalam kategori epidemi meluas (generalized epidemic).
“Data ini membuktikan HIV masih menjadi masalah kesehatan publik yang serius. Penanggulangannya bukan hanya urusan medis, tetapi bagian dari perjalanan besar Papua Barat menuju Papua Barat Aman, Sejahtera, Bermartabat, dan Mandiri,” ujar dr. Alwan.
Menurutnya, upaya penanganan HIV/AIDS terintegrasi dalam kerangka besar program Papua Barat Sehat, sekaligus mendukung visi Papua Emas 2045 dan Indonesia Emas 2045.
Pihaknya juga kata dia, menerima dukungan penting dari Global Fund (GF) – ATM Komponen AIDS dalam berbagai bentuk, seperti penguatan layanan HIV, TB, dan IMS penyediaan obat ARV dan reagen peningkatan kapasitas SDM serta pendampingan komunitas.
Namun, dr. Alwan menjelaskan, tantangan terbesar dalam pengendalian HIV bukan semata pada ketersediaan obat atau alat kesehatan, tetapi pada stigma, diskriminasi, dan hambatan layanan di tingkat akar rumput.
“Hasil diskusi multisektor menunjukkan bahwa layanan HIV harus lebih dekat dengan masyarakat di wilayah 3T dan perlu pendekatan budaya berbeda sesuai karakteristik Arfak, eks-transmigran, pesisir, maupun pedalaman,” tuturnya.
dr.Alwan juga menyoroti peran strategis lembaga keagamaan, tokoh adat, pemuda, serta komunitas Orang dengan HIV (ODHIV) dalam menurunkan stigma dan memperkuat keberhasilan program.
Sebagai tindak lanjut, Dinkes Papua Barat membangun Komitmen Bersama Menuju Papua Barat Tanpa Stigma dan Bebas AIDS, yang mencakup empat pesan utama yakni ODHIV adalah bagian dari keluarga kita, ODHIV berhak hidup bermartabat dan Stigma membunuh lebih cepat daripada virusnya.
Melalui peningkatan pemeriksaan HIV sukarela, layanan terpadu TB-HIV, pencegahan penularan ibu ke bayi, penggunaan kondom pada kelompok risiko, serta edukasi berbasis budaya, dr. Alwan mengungkapkan bahwa Papua Barat tidak akan mencapai status “Papua Barat Sehat” tanpa bebas dari stigma.
Ia lalu mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menyatukan langkah menuju masa depan Papua Barat yang sehat dan bermartabat.
“Mari kita manfaatkan data, termasuk hasil STBP, untuk membangun program yang berbasis bukti dan berpihak pada masyarakat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati setiap langkah kita,” tambahnya. (ALW/ON).


