Orideknews.com, Manokwari, — Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Papua Barat telah dimulai sejak 1 Agustus dan berakhir 30 Agustus 2025 Kemudian dilanjutkan November 2025.
Program ini menyasar siswa Sekolah Dasar (SD) kelas I dan kelas V, dengan pemberian vaksin Td, MR, dan HPV khusus untuk siswa perempuan. Namun, SD Inpres 45 Arowi cakupannya belum 100 persen mengingat ada penolakan dari orang tua (Ortu) murid.
Penolakan ini membuat Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Manokwari harus mencari formula pendekatan yang mampu mengedukasi para orang tua.
Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Hendrik Marisan, S.Km,.M.Kes pada Sabtu, (29/11/25) menggelar sosialisasi pelaksanaan BIAS di SD tersebut yang meliputi pemahaman imunisasi.
Kepala SD Inpres 45 Arowi, Marghareta Erari, S.Th, menyampaikan apresiasi kepada Dinas Kesehatan Papua Barat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari yang telah melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan imunisasi atau Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di sekolah tersebut, pada Jum’at, (29/11/25).
Dalam keterangannya usai kegiatan, Marghareta menjelaskan, sosialisasi ini digelar untuk mengembalikan pemahaman para orang tua murid mengenai pentingnya imunisasi setelah sebelumnya sempat terjadi penolakan akibat miskomunikasi dan kejadian yang tidak direncanakan di sekolah.
“Kami sempat terkendala karena ada kekecewaan orang tua terhadap pelayanan imunisasi sebelumnya. Hal itu membuat sebagian orang tua menolak imunisasi di sekolah ini,” ujar Marghareta.
Ia mengatakan, pihak sekolah kemudian memfasilitasi pertemuan antara orang tua, komite sekolah, Dinas Kesehatan Papua Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, serta Puskesmas Pasir Putih sebagai pelaksana teknis program imunisasi. Pertemuan ini, lanjutnya, dilakukan untuk memastikan informasi mengenai manfaat dan keamanan imunisasi dapat diterima dengan jelas oleh orang tua.
“Kesehatan dan kecerdasan anak harus berjalan beriringan. Tidak ada artinya kita cerdaskan mereka jika kesehatannya tidak terjamin. Karena itu, imunisasi yang merupakan hak anak harus tetap berjalan,” tuturnya.
Marghareta bersyukur karena melalui sosialisasi tersebut para orang tua akhirnya memahami dan sepakat untuk melanjutkan pelayanan imunisasi di sekolah.
Ia menyebut, sejumlah orang tua sebelumnya memiliki pengalaman traumatis sehingga menolak seluruh bentuk pelayanan medis, namun setelah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan, mereka kembali mendukung program tersebut.
“Puji Tuhan, hari ini orang tua sudah setuju. Kami sudah mendapat titik temu bersama pihak komite, dinas kesehatan, dan puskesmas. Imunisasi ini penting untuk masa depan kesehatan anak-anak,” katanya.
Ia juga mengingatkan imunisasi yang diberikan pemerintah bersifat gratis, sementara bila dilakukan secara mandiri biayanya dapat mencapai satu hingga tiga juta rupiah per vaksin.
“Ini adalah kesempatan baik bagi anak-anak kita. Kalau kita tolak, dampaknya bisa panjang,” tambah Marghareta.
Ia lalu berharap kerja sama antara sekolah, orang tua, dan tenaga kesehatan terus terjalin agar pelayanan imunisasi di SD Inpres 45 Arowi dapat terlaksana dengan baik demi kesehatan generasi masa depan.
Perwakilan orang tua murid, Nicodemus Awom, S.Pd menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap program imunisasi yang dilaksanakan pemerintah melalui Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten, termasuk Puskesmas Pasir Putih sebagai pelaksana teknis di lapangan.
Nicodemus menyatakan, para orang tua sangat berharap agar anak-anak dapat mengikuti pendidikan dengan kondisi tubuh yang sehat, sehingga masa depan mereka menjadi lebih cerah.
Menurutnya, program imunisasi yang selama ini dijalankan merupakan langkah Dinkes melalui puskesmas sangat penting untuk memastikan perlindungan kesehatan bagi peserta didik.
“Kami berharap anak-anak bisa sekolah dengan tubuh yang sehat supaya masa depan mereka cerah. Kami sebagai orang tua sangat mendukung program-program yang dilaksanakan pemerintah, khususnya oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, maupun Puskesmas Pasir Putih,” ujarnya.
Ia juga mengaku para orang tua berharap pelayanan imunisasi terus ditingkatkan dan berkelanjutan demi kepentingan anak-anak di Arowi, Manokwari.
Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Mince Wilil, mengaku bahwa pelaksanaan imunisasi di sekolah-sekolah di Manokwari berjalan dengan baik berkat dukungan penuh dari pihak sekolah, orang tua, serta seluruh pemangku kepentingan.
Hal itu disampaikan Wilil dalam pertemuan bersama orang tua murid dan pihak sekolah, yang digelar untuk memperkuat pemahaman mengenai pentingnya imunisasi bagi anak-anak.
Mince menjelaskan, pertemuan tatap muka seperti ini sangat penting untuk menjawab keraguan dan trauma yang masih ada di sebagian orang tua.
“Kalau berbicara di luar sekolah, sering hasilnya berbeda. Hari ini kita lihat sendiri, sekolah menerima dengan baik, orang tua juga menerima. Informasi yang benar harus disampaikan langsung,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihak Dinas Kesehatan Provinsi, puskesmas, serta Dinas Kesehatan Kabupaten turut memberikan penjelasan mengenai manfaat imunisasi.
Menurutnya, anak-anak adalah aset berharga yang menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya sektor kesehatan.
“Pemerintah juga sudah hadir dengan aturan yang jelas. Bapak Bupati telah mengeluarkan Keputusan Bupati Nomor 63 tentang Penyelenggaraan Imunisasi di Kabupaten Manokwari. Ada tim pelaksana, termasuk peran ketua posyandu serta dukungan Gerakan Sekolah Sehat (GSS). Kesehatan tidak bisa berjalan sendiri semua OPD terkait ikut mendukung,” jelas Wilil.
Ia juga mengungkapkan rasa syukur karena pelaksanaan imunisasi di sekolah ini akhirnya dapat berjalan setelah mendapat pemahaman yang baik dari orang tua dan pihak sekolah.
“Hari ini ada niat baik dan keputusan yang baik. Kami bersama sekolah sepakat melaksanakan imunisasi. Terima kasih kepada semua pihak,” katanya.
Mince menjelaskan, sebagian besar sekolah di Manokwari sudah menyelesaikan pelaksanaan imunisasi. Hanya beberapa sekolah yang sempat tertunda, seperti hal SD Inpres 45 Arowi. Namun tahun ini, kegiatan dapat dilaksanakan setelah difasilitasi oleh kepala sekolah.
Ia mengingatkan pentingnya sosialisasi sejak awal, terutama karena tidak semua orang tua mendapatkan informasi yang benar.
“Media sosial banyak, tapi sering informasi negatif muncul duluan dan itu yang lebih cepat dikonsumsi, apalagi menyangkut anak-anak Papua. Karena itu, negara hadir untuk memastikan anak-anak kita terlindungi,” ungkap Mince. (ALW/ON).


