Orideknews.com, Manokwari, – Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Papua Barat telah dimulai sejak 1-31 Agustus dan kembali dilaksanakan hingga 1-30 November 2025. Program ini menyasar siswa Sekolah Dasar (SD) kelas I dan kelas V, dengan pemberian vaksin Td, MR, dan HPV khusus untuk siswa perempuan.
Namun, SD Inpres 45 Arowi cakupannya belum 100 persen mengingat ada penolakan dari orang tua murid. Penolakan ini membuat Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Manokwari mencari formula pendekatan yang mampu mengedukasi para orang tua.
Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Hendrik Marisan, S.Km,.M.Kes pada Sabtu, (29/11/25) menggelar sosialisasi pelaksanaan BIAS di SD tersebut yang meliputi pemahaman imunisasi.
“Di lapangan, semua sekolah menerima layanan imunisasi. Harapan saya, seluruh anak sasaran dapat diimunisasi tanpa ada penolakan, namun disini ada penolakan sehingga kami coba untuk memberikan pemahaman kepada para orang tua,” ujarnya, Sabtu, (29/11/25) usai pelaksanaan sosialisasi.
“Kalau ada orang tua yang menolak, tetap kita data. Petugas puskesmas akan melakukan koordinasi langsung untuk memberikan edukasi dan pengetahuan kepada orang tua,” tambah Hendrik lagi.
Ia menegaskan BIAS bukan program baru, tetapi program tahunan untuk melengkapi status imunisasi dasar yang telah diberikan sebelum usia satu tahun dan lanjutan saat anak berusia dua tahun,” jelasnya.
Menurutnya, imunisasi dasar yang diberikan sebelum usia satu tahun akan dilanjutkan pada jenjang usia sekolah karena kandungan antibodi dari vaksin sebelumnya sudah mulai menurun. Imunisasi lanjutan di sekolah meliputi vaksin DT (Difteri Tetanus), MR (Campak Rubella), dan TD (Tetanus Difteri).
Pada BIAS tahun ini, fokus utama adalah pemberian vaksin MR untuk siswa kelas 1 SD serta vaksin HPV (Human Papilloma Virus) untuk siswi kelas 5 SD, serta kelas 6 dan 9 bagi yang belum mendapatkan vaksin tersebut di tahun sebelumnya.
“HPV ini untuk mencegah kanker serviks, dan hanya diberikan untuk perempuan. Vaksinasi dilakukan untuk siswa kelas 5 dan untuk kelas 6 serta 9 yang belum pernah mendapatkan vaksin sebelumnya,” kata Hendrik.
Ia menyebut, kebijakan terbaru dari Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa mulai tahun ini, vaksin HPV diberikan cukup satu kali, berbeda dari tahun sebelumnya yang diberikan dua dosis. Perubahan ini menjadi alasan perlunya imunisasi kejar bagi siswa yang belum mendapatkan dosis HPV sesuai jadwal.
“Vaksin HPV ini sangat mahal. Tetapi sekarang disediakan secara gratis oleh pemerintah, sehingga kami sangat berharap tidak ada penolakan dari masyarakat,” tambahnya.
Hendrik menjelaskan bahwa tingginya kasus kanker serviks di Indonesia, termasuk di Papua Barat, menjadi latar belakang pentingnya vaksin HPV diberikan sejak dini. Program ini juga merupakan bagian dari upaya nasional menyongsong generasi emas 2045 yang sehat secara jasmani dan rohani.
“Kita pastikan anak-anak kita memiliki imunisasi lengkap dari sekarang,” katanya.
Hendrik mengaku, Dinas Kesehatan Provinsi telah melakukan koordinasi secara berjenjang, mulai dari Kementerian Kesehatan, pemerintah provinsi, hingga kabupaten/kota. Di tingkat daerah, koordinasi dilakukan antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, serta melibatkan kepala sekolah untuk menyampaikan informasi kepada orang tua murid.
“Sosialisasi dilakukan agar orang tua memahami pentingnya imunisasi ini, sehingga tidak ada penolakan lagi kedepannya,” ujar Hendrik.
Ia merinci bahwa pada bulan Agustus Kelas 1 SD diberikan Vaksin MR untuk pencegahan campak dan rubella. Kelas 5 SD akan Vaksin HPV untuk pencegahan kanker serviks.
Sementara Kelas 6 dan 9 diberikan Imunisasi kejar HPV (bagi siswi yang belum pernah mendapatkan vaksin). pada November Kelas 1 SD diberikan Vaksin DT (Difteri Tetanus). Kelas 2 atau 5 SD: Vaksin TD (Tetanus Difteri lanjutan).
“Program BIAS menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan anak sejak dini serta melindungi mereka dari penyakit menular yang berpotensi membahayakan di masa depan,” terang Hendrik.
Ia berharap Program BIAS mampu meningkatkan cakupan imunisasi anak sekolah di Papua Barat dan melindungi mereka dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. (ALW/ON).


