Orideknews.com, Manokwari — Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari menggelar Pelatihan Komunikator Imunisasi bagi guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kelompok pemuda dalam rangka meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap layanan imunisasi di tahun 2025. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Marthen Rantetampang, Selasa, (17/11/25).
Marthen menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terus peduli terhadap upaya peningkatan cakupan imunisasi. Ia menegaskan bahwa imunisasi merupakan intervensi kesehatan masyarakat paling efektif untuk mencegah penyakit infeksi serius yang dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian.
“Imunisasi adalah investasi terbaik bagi generasi penerus bangsa. Banyak penyakit berbahaya seperti polio, campak, dan difteri telah berhasil dikendalikan berkat program imunisasi,” ujarnya.
Marthen menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Manokwari telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 64 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Imunisasi serta meluncurkan Gerakan Bersatu Lengkapi Imunisasi Anak (BERLIAN). Gerakan ini bertujuan memastikan seluruh anak di Manokwari mendapatkan imunisasi lengkap, baik pada usia balita maupun melalui program BIAS di sekolah.
“Gerakan BERLIAN membutuhkan keterlibatan semua pihak. Bila kita menemukan anak yang imunisasinya belum lengkap, segera bantu untuk melengkapinya. Tidak ada kata terlambat,” tegas Marthen.
Ia juga menyinggung integrasi imunisasi dalam Gerakan Sekolah Sehat, khususnya melalui komponen Sehat Imunisasi, yang mendorong sekolah untuk memantau status imunisasi peserta didik dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan BIAS.
Marthen mengakui bahwa tantangan seperti misinformasi, keraguan, dan penolakan masih ditemui dalam pelaksanaan imunisasi. Karena itu, peran guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuda sangat penting sebagai “jembatan kepercayaan” antara program kesehatan dan masyarakat.
Pelatihan dua hari ini berfokus pada pendekatan Interpersonal Communication (IPC) sebagai metode efektif dalam meyakinkan masyarakat. Peserta dibekali kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, berempati, berdiskusi tanpa menggurui, serta menyampaikan pesan yang tepat berbasis kebutuhan audiens.
“Saya berharap setelah pelatihan ini, Bapak/Ibu tidak hanya memahami fakta imunisasi, tetapi juga mampu menjadi komunikator proaktif di lingkungan masing-masing, meluruskan misinformasi, dan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi,” kata Marthen.
Ia turut menyampaikan terima kasih kepada UNICEF melalui Papua Future Project yang telah memfasilitasi kegiatan ini, serta Dinas Pendidikan beserta jajarannya yang terus mendukung penyelenggaraan imunisasi di sekolah. (ALW/ON)


