Orideknews.com, Manokwari, – Rumah Sakit JA Dimara Manokwari mencatat sejarah baru dengan sukses melaksanakan operasi penggantian sendi panggul pertama di Papua Barat.
Operasi ini dilakukan terhadap Yopie Wempie Pattiasina (72), pasien yang mengalami patah tulang paha kanan bagian atas akibat terjatuh di dapur rumahnya.
Dokter Sibin Chandra, Sp.B menjelaskan, hasil rontgen menunjukkan adanya fraktur collum femur dekstra atau patah tulang paha kanan bagian leher tulang sehingga tindakan pemasangan pen tidak memungkinkan.
“Karena usia pasien dan lokasi patah di bagian leher tulang paha, tindakan terbaik adalah operasi penggantian sendi panggul dengan implan khusus. Dalam operasi ini, kepala dan leher tulang paha diganti dengan alat implan dari luar,” ungkap dr. Sibin, Sabtu (27/9/25).

Operasi dipimpin langsung oleh dr. Wijiono, Sp.OT (K), spesialis ortopedi subspesialis hip and knee. Prosedur berlangsung sekitar 60 menit dan dinyatakan sukses dengan hasil pascaoperasi yang sangat baik.
“Operasi ini berjalan cepat dan hasil foto setelah tindakan menunjukkan kondisi memuaskan. Ini adalah operasi penggantian sendi pertama di Manokwari bahkan di Papua Barat,” kata dr. Sibin.
Keberhasilan ini didukung penuh oleh fasilitas RS JA Dimara, tenaga medis berpengalaman, serta perhatian dari pimpinan TNI AD, termasuk Pangdam XVIII/Kasuari. Dukungan tersebut mencakup penyediaan peralatan medis, tenaga spesialis, hingga tenaga perawat dan bidan yang terlibat dalam proses perawatan pasien.

Selain operasi penggantian sendi, RS JA Dimara selama ini juga telah rutin melakukan berbagai tindakan ortopedi, seperti pemasangan pen pada patah tulang bahu, lengan, tungkai, hingga kaki. Namun, operasi penggantian sendi disebut memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi karena membutuhkan teknik dan keahlian khusus.
Saat ini RS JA Dimara memiliki 15 dokter spesialis, termasuk spesialis bedah tulang (subspesialis hip and knee), spesialis jantung, THT, kandungan, penyakit dalam, anak, anestesi, radiologi, hingga bedah mulut. Meski demikian, keterbatasan tempat tidur masih menjadi tantangan. Dengan kapasitas 50 tempat tidur, pasien sering harus menunggu hingga dua hari di IGD sebelum mendapat ruang rawat inap.
“Pangdam XVIII/Kasuari telah merencanakan penambahan sarana dan prasarana rumah sakit, termasuk tempat tidur dan alat kesehatan. Semoga segera terealisasi agar pelayanan semakin optimal,” ujar dr. Sibin.

Sementara itu, anak pasien, Nila Parawati Pattiasina, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kesigapan tim medis RS JA Dimara.
“Walaupun alat implan harus dipesan dari luar Papua, hanya dalam sehari sudah tersedia. Operasinya cepat, hasilnya memuaskan, dan kami bersyukur kepada Tuhan serta berterima kasih kepada para dokter. Harapan kami ke depan, ruang rawat inap rumah sakit bisa diperluas agar lebih banyak masyarakat yang terbantu,” ucap Nila.
Keberhasilan operasi ini harap Nila, menjadi langkah awal bagi RS JA Dimara untuk terus meningkatkan layanan kesehatan ortopedi dan menjadi rujukan utama di Provinsi Papua Barat. (ALW/ON).