Orideknews.com, Manokwari, — Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat resmi membuka kegiatan Peningkatan Kapasitas untuk Meningkatkan Keterlibatan dan Kontribusi Klinik, Dokter Praktik Mandiri, dan Rumah Sakit dalam Program TBC, yang berlangsung pada 23–25 Juni 2025 di salah satu hotel di Manokwari.
Kegiatan ini sekaligus dirangkai dengan Workshop Kolaborasi TBC, yang mengangkat topik konsep TB-HIV, pelayanan terpadu satu atap, serta webinar tatalaksana TBC dan sosialisasi peran Koalisi Organisasi Profesi untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dr. Alwan Rimosan menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut.
Ia menyebutkan tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar di Papua Barat dan membutuhkan keterlibatan semua lini pelayanan kesehatan, termasuk fasilitas layanan swasta.
“Saya berharap kegiatan ini menjadi ruang produktif berbagi pengetahuan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam penanggulangan TBC, khususnya TB-HIV dan pelayanan terpadu satu atap,” ujar Rimosan.
Ia menjelaskan berdasarkan data tahun 2023, tercatat sebanyak 2.693 kasus TBC yang ditemukan dan diobati dari estimasi target 4.910 kasus, dengan cakupan treatment coverage sebesar 54,84%. Sementara pada tahun 2024, estimasi insiden kasus TBC di Papua Barat mencapai 3.260 kasus, dengan 95 kasus di antaranya merupakan TBC Resisten Obat (RO).
Papua Barat berada di peringkat keempat nasional dalam capaian penemuan kasus TBC pada 2024. Namun, cakupan notifikasi kasus masih berada di angka 79%, artinya terdapat 21% kasus yang belum terlaporkan, baik karena belum terjangkau, belum terdeteksi, maupun belum dicatat.
Tingkat enrollment rate TBC-RO di Papua Barat mencapai 93%, sedikit di bawah target nasional 95%. Kabupaten Manokwari, Fakfak, Kaimana, Teluk Bintuni, dan Teluk Wondama mencatat capaian tertinggi, sementara Manokwari Selatan dan Pegunungan Arfak masih menjadi perhatian.
“Banyak tantangan dalam program TBC, sehingga peran strategis tenaga kesehatan dan organisasi profesi sangat penting untuk mencapai target eliminasi TBC 2030,” tegasnya.
Kegiatan ini kata Rimosan, bertujuan Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam penemuan, tata laksana, pelaporan, dan pelacakan kasus TBC. Mendorong integrasi layanan swasta dalam sistem rujukan TBC daerah. Membangun sinergi antarunit layanan dan lintas program TBC-HIV serta menyebarluaskan Peraturan Gubernur No. 37 Tahun 2024 tentang penanggulangan TBC dan Mendorong partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan dalam eliminasi TBC.
Selain itu, kegiatan ini juga mencakup penandatanganan MoU kerja sama program TBC, pelatihan teknis on the job training untuk pengemasan sampel, serta penyediaan logistik TBC untuk fasilitas layanan kesehatan swasta, klinik, dan TPMD.
Kegiatan ini dibiayai oleh The Global Fund Aids, TB, and Malaria (GFATM) komponen TBC tahun anggaran 2025.
Peserta berasal dari berbagai elemen layanan kesehatan, di antaranya, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, RSUD Manokwari, RS Provinsi Papua Barat, RS Bhayangkara Lodewijk Mandatjan, RS TK.IV J.A Dimara, RS Divari, RS Pratama Warmare, dan RS Rumkital dr. Azhar Zahir, Dokter dan perawat dari klinik dan praktik mandiri.
“Mari bersama kita perkuat kolaborasi demi tercapainya Papua Barat bebas TBC. Terima kasih atas partisipasi semua pihak,” harap Rimosan. (ALW/ON).