Orideknews.com, Manokwari – Dalam upaya mempercepat eliminasi malaria, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menggelar Uji Kompetensi Malaria Nasional tahun 2024.
Kegiatan ini digelar 19-21 November 2024 dengan menghadirkan, Assesor uji kompetensi mikroskopis malaria dari LSP Pranata Laboratorium Medik Presisi Ambon, Jeany Olivia Michella Nanlohy.
Uji kompetensi ini menjadi salah satu strategi penting dalam penjaminan mutu diagnostik dan tata laksana malaria.
Jeany menjelaskan bahwa, standar kompetensi meliputi observasi langsung yang terdiri dari pertanyaan tertulis dan pertanyaan instan. Proses observasi dilakukan dengan memantau pekerjaan para analis, mulai dari penerimaan pasien hingga penanganan yang sesuai prosedur.
Proses ini mencakup cara menangani pasien, termasuk ketika pasien merasa tidak nyaman saat pengambilan darah. Selain itu, pembacaan sediaan darah menggunakan slide standar juga menjadi fokus perhatian. Slide tersebut telah direvisi oleh para ahli di bidang malaria untuk meminimalisir kesalahan dalam diagnosis.
“Uji kompetensi ini bertujuan untuk memastikan bahwa hasil pemeriksaan di seluruh wilayah, dari Aceh hingga Papua, adalah konsisten dan para tenaga kesehatan memiliki kompetensi yang setara,” ujar Jeany.
Ia menyebutkan ada tiga tahap dalam analisis: pra-analisis, analisis, dan pasca-analisis. Jika salah satu tahap tidak sesuai standar, maka akan mempengaruhi hasil analisis selanjutnya.
Demi mendukung eliminasi malaria, Jeany menegaskan, uji kompetensi sangat berdampak. Kemampuan tenaga analisis laboratorium medis (ATLM) dalam mendiagnosis malaria adalah kunci. Kesalahan dalam diagnosis, misalnya menganggap pasien tidak terjangkit malaria, dapat menyebabkan penularan yang lebih luas, terutama di daerah endemis yang terdapat nyamuk Anopheles.
“Parasit malaria yang harus dihilangkan, bukan hanya gejala penyakitnya. Jika ATLM tidak kompeten dan hasil pemeriksaan di bawah 70 persen validitas, maka akan berpengaruh besar terhadap penanganan pasien,” jelasnya.
Kata Jeany, jika diagnosis salah, penelusuran kasus juga akan menjadi keliru, mengingat kompetensi ATLM dalam pemeriksaan malaria akan menentukan angka kesakitan.
“Dengan pemeriksaan yang tepat, pengobatan juga akan lebih akurat. Hal ini sangat penting karena pengobatan malaria membutuhkan pendekatan yang berbeda tergantung pada jenis parasit,” terangnya.
Dari tingkat Subdit hingga Provinsi dan Kabupaten, tenaga ATLM yang kompeten akan memperkuat upaya eliminasi malaria.
“Jika mereka melakukan kesalahan dalam pemeriksaan, maka hasil yang dicapai akan terpengaruh. Tingkat kesakitan tidak akan menurun, dan masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap sistem kesehatan kita,” tambah Jeany. (ALW/ON).