Orideknews.com, Manokwari, – Hari kedua pelatihan penyegaran bagi tenaga uji silang di Provinsi Papua Barat berlangsung dengan fokus pada pemahaman mendalam mengenai malaria.
Materi yang dibahas meliputi gambaran umum malaria, teknik pembuatan sediaan darah, morfologi parasit, serta pengujian kualitas Rapid Diagnostic Test (RDT) dan teknik pewarnaan sediaan darah.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan peserta dalam pemeriksaan malaria, serta perhitungan jumlah parasit.
Pada sesi selanjutnya di hari ketiga, peserta akan mendapatkan pelatihan intensif mengenai pembacaan dan penghitungan parasit menggunakan mikroskop.
Pengelola Program Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Billy G. Makamur menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan langkah penting dalam mempersiapkan para mikroskopis.
“Kami menargetkan agar para tenaga yang terlibat dalam kegiatan ini dapat mengembangkan keterampilan mereka hingga tahun 2030, dengan tujuan eliminasi malaria,” ujarnya.
Makamur menyampaikan bahwa keterampilan cross checker atau uji silang yang solid di tingkat fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit. Dengan peningkatan kualitas pemeriksaan, diharapkan tidak akan ada lagi kasus false positif yang dapat mempengaruhi akurasi data yang masuk ke dalam sistem.
“Standar utama dalam diagnosa malaria adalah melalui pemeriksaan mikroskopis,” tegasnya.
Dalam pelatihan itu, peserta dinilai berdasarkan sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi spesies parasit, serta kemampuan mereka dalam menghitung kepadatan parasit, yang merupakan bagian penting dalam menentukan kompetensi tenaga medis di lapangan.
Makamur juga menyampaikan bahwa setiap kabupaten diharapkan memiliki tenaga cross checker yang minimal berada di level dua atau referensi.
“Kami berharap mereka dapat dibina hingga mencapai level satu, sehingga dapat berfungsi sebagai perpanjangan tangan di tingkat kabupaten dan kota untuk melatih rekan-rekan di puskesmas,” tambahnya.
Dikatakan Makamur, penting untuk menghindari perbedaan pendapat dalam pembacaan slide, terutama terkait dengan kasus positif palsu atau negatif palsu yang dapat mempengaruhi sistem pelaporan malaria. Metode pelatihan on-the-job training juga akan diterapkan untuk memastikan semua tenaga medis terlatih dengan baik.
“Kesalahan dalam pembacaan di fasilitas kesehatan dapat menyebabkan false positif, yang dapat mengganggu data pelaporan malaria atau e-sismal. Dengan pelatihan yang tepat, kami berharap tren kasus malaria akan menurun,” beber Makamur.
Ia menambahkan, komitmen yang kuat terhadap pengembangan sumber daya manusia, pelatihan ini merupakan langkah maju dalam upaya Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat untuk mengeliminasi malaria di tahun 2030. (ALW/ON).