Orideknews.com, Manokwari, – Malaria masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama di daerah-daerah dengan hutan tropis, seperti Papua, Kalimantan, dan beberapa bagian Sulawesi. Hingga Juni 2024, dari total 187.478 kasus malaria yang tercatat, sekitar 92% atau 172.737 kasus terjadi di wilayah Tanah Papua.
Provinsi Papua Barat, hingga Oktober 2024, mencatat sebanyak 5.530 kasus malaria dengan angka kesakitan mencapai 7,53 per 1.000 penduduk. Dalam rangka mempercepat eliminasi malaria, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat mengadakan kegiatan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang bertugas sebagai cross-checker malaria. Kegiatan ini berlangsung dari 12-17 November 2024.
Dr. Alwan Rimosan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dalam pembukaan acara tersebut menyampaikan pentingnya penjaminan mutu dalam diagnostik malaria.
“Penjaminan mutu dalam diagnostik malaria sangat penting untuk memastikan akurasi dan keandalan diagnosis yang berdampak pada pengobatan dan hasil kesehatan pasien,” ujarnya.
Kebijakan program malaria di provinsi ini mencakup penerapan metode diagnostik Gold Standard secara mikroskopis, serta penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam situasi tertentu.
Proses uji silang (cross-checking) juga menjadi bagian penting dalam memastikan kualitas dan akurasi hasil diagnosis. Semua fasilitas kesehatan di setiap kabupaten diwajibkan untuk mengirimkan 100% sediaan darah positif dan 20% sediaan darah negatif untuk diperiksa melalui uji silang.
“Kegiatan ini diharapkan dapat berjalan dengan efektif sehingga fungsi uji silang dapat maksimal, membantu memverifikasi keakuratan diagnosis, serta mengidentifikasi dan mengurangi kemungkinan kesalahan dalam diagnosis,” tambah Dr. Alwan.
Pelatihan Penyegaran bagi Tenaga Uji Silang Kabupaten Provinsi Papua Barat Tahun 2024 ini bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan uji silang dengan efektif. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pengendalian malaria di Papua Barat dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan, Billy G. Makamur, menjelaskan tujuan khusus dari pelatihan ini, antara lain, Memberikan pembaruan tentang teknik dan prosedur terbaru dalam uji silang diagnostik malaria.
Menetapkan dan memperkuat standar operasional prosedur untuk pelaksanaan uji silang.
Mengurangi kesalahan dalam diagnosis malaria melalui peningkatan kemampuan tenaga kesehatan.
Menguatkan upaya pengendalian malaria dengan meningkatkan kemampuan deteksi dan penanganan kasus secara cepat.
Ia menjelaskan bahwa, Metode pelaksanaan pelatihan meliputi pre-test, paparan narasumber, simulasi dan praktek, diskusi, studi kasus, serta post-test.
Fasilitator yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan fasilitator dari satuan kerja terkait.
Billy menambahkan, Pendanaan untuk kegiatan ini berasal dari dana Global Fund (GF) Komponen Malaria Tahun Anggaran 2024. (ALW/ON).