Orideknews.com, Manokwari, – Tokoh intelektual suku Arfak sekaligus Alumni Universitas Papua (Unipa) Manokwari, Dr. Lasarus Indouw, SP., M.Si berikan tanggapan terkait proses demokrasi pemilihan Rektor Unipa periode 2024-2028.
Dr. Lasarus merasa prihatin dan kaget mendengar berita yang berkembang di berbagai media dan civitas akademika Unipa bahwa pemilihan Rektor diboncengi kepentingan politik praktis dan indikasi kecurangan.
“Saya sangat kaget dan merasa bahwa kampus yang membesarkan saya meraih gelar Diploma, S1, S2 dan S3 tercoreng oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,” ucapnya, Senin, (6/5/24).
Menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Papua Barat ini, Unipa merupakan lembaga pendidikan tinggi berperan mendidik SDM Papua dan Indonesia, lembaga independen, lembaga yang mengembangkan nilai kejujuran dan kebenaran.
“Mengapa harus terlibat dalam politik praktis? Saya kuliah dari saman Faperta Uncen hingga Unipa, sejak 1997 di Program Studi D-III Perkebunan, lanjut S1, lanjut S2 sampai S3 di Unipa di tahun 2022, sejak Almarhum Bapak Profesor Dr. Ir. Frans Wanggai, Rektor Pertama sampai kali ini baru saya melihat ada satu kemunduran demokrasi di Unipa,” beber Dr.Lasarus.
Ia menjelaskan bahwa Rektor pertama hingga pemimpin sebelumnya tidak pernah Unipa mengalami viral di media massa dan media sosial untuk investigasi kecurangan pemilihan Rektor.
“Rektor dari waktu ke waktu selalu satu periode proses alih kepemimpinan berjalan dengan baik. Barulah kali ini terjadi dan terekspose oleh wartawan, direspon para pihak eksternal seperti LP3BH, Ombudsman dan akhirnya di lakukan audit investigasi oleh Irjen Kemendikbud atas dugaan kecurangan dan politik praktis,” terangnya.
“Saya sebagai alumni sekaligus intelektual suku besar Arfak Provinsi Papua Bart meminta agar calon rektor yang terlibat dalam politik praktis ataupun indikasi kecurangan harus di proses hukum, hingga dibatalkan statusnya sesuai peraturan oleh kementerian terkait,” tutur Dr.Lasarus lagi.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa, Unipa adalah rumah milik bersama anak-anak asli Papua sebagai calon pemimpin, semua anak-anak Asli Papua punya kesempatan yang sama.
“Unipa ini hadir telah membangun Sumberdaya Manusia di Tanah Arfak, saya harus jujur bahwa Unipa telah memberikan efek ganda bagi kami anak-anak Tanah Arfak, selain Suku Papua dan nusantara. Kami anak-anak Arfak dulu tidak ada yang bergelar doktor, tidak ada yang bergelar magister maupun bergelar sarjana, namun hari ini kami sudah ada. Kami ada sebab Unipa,” katanya.
“Masa kami alumni, sekaligus masyarakat bersama pihak luar sedang menjaga dan merawat Ibu yang mendidik dan membesarkan kita, tapi pada saat yang bersamaan ada oknum internal yang merusak dan mengobok-oboknya?,” tanya Dr. Lasarus dengan nada kesal.
Dirinya lalu mengajak semua alumni, semua civitas akademika untuk menjaga marwah dan nama baik Unipa ke depan.
Dikesempatan ini, ia menyampaikan kepada media dan publik bahwa, pada saat penyaringan Rektor Unipa 2024-2028 di Aula Unipa Rabu, 17 April 2024 bersama beberapa alumni maupun pimpinan OPD Pemerintah Daerah Papua Barat hadir di Aula Unipa.
“Kami hadir karena mendapat undangan resmi sebagai Alumni Unipa sekaligus sebagai bagian dari tanggungjawab moral menjaga dan merawat rumah besar Unipa. Kita semua menyaksikan penyampaian visi, misi dan program kerja di Aula Unipa sejak pagi jam 09.00-selesai. Saya kira publik yang hadir ataupun mengikuti via media youtube bisa memberikan penilaian dari 4 bakal calon tersebut, siapa yang layak memimpin Unipa ke depan,” jelas Dr. Lasarus.
“Mengacu pada kualitas dan bobot visi-misi, program kerja, kualitas bahasa, gaya komunikasi, cara menjawab maupun pengalaman dan wawasan luas, itu saja sudah bisa kita lihat dan tahu, “imbuhnya.
Justru sebaliknya, lanjut Dr. Lasarus, fakta yang terjadi bahwa ia menduga lembaga pemilik hak suara tidak menggunakan logika keilmuan dan kecerdasan dalam memberikan suara untuk kandidat para kandidat. Hal Ini menjadi pertanyaan dikalangan publik.
“Hari ini semua orang diluar sana, bahkan publik pun bisa menilai siapa yang layak memimpin Unipa ke depan. Sangat memalukan sebab kampus sebagai lembaga terdidik, seharusnya menjaga citra dan marwah sebagai lembaga akademik yang harus bebas dari politik praktis kini telah tercoreng,” beber Dr. Lasarus.
Lebih lanjut kata dia, apa lagi ada praktek tawar menawar jabatan dan lainnya. Bahkan, diduga terdapat calon rektor yang tidak memenuhi syarat manajerial pun diloloskan.
Dia menilai, otonomi kampus menjadi lemah dan tercoreng hanya karena kepentingan oknum calon Rektor tertentu.
“Untuk itu saya mendukung penuh pembatalan dan investigasi yang sudah dilakukan oleh Tim Itjen Kemendikbudristek atas proses pemilihan Rektor Unipa. Sebagai Alumni Unipa dan mewakili intelektual Arfak Provinsi Papua Barat, meminta agar Kemendikbudristek wajib menyampaikan hasil investigasi secara transparan, adil dan jujur kepada publik Unipa maupun masyarakat luas, ” pesannya.
Selanjutnya, terkait masa kerja Rektor Unipa yang akan berakhir di pertengahan Mei 2024 ini. Tokoh Intelektual Arfak ini mengatakan bahwa jika terjadi kekosongan masa jabatan sebagaimana informasi yang juga disampaikan oleh beberapa kolega di Unipa, mewakili Intelektual Suku Besar Arfak dan Alumni Unipa meminta agar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menunjuk dan melantik PLT Rektor Unipa yang berasal dari lingkungan Kemendikbudristek dari Jakarta guna menjabat demi netralitas, marwah demokrasi di Unipa.
“Unipa ini institusi pemerintah yang membangun dan mencerdaskan SDM Indonesia di Tanah Papua sehingga saran kami melalui media dan pers perlu baca dan dipertimbangkan,” jelas Dr. Lasarus.
Diakhir wawancara, Mantan Penjabat Bupati Mansel ini mengaja para alumni dan keluarga Besar Arfak mengawal proses kelanjutan pemilihan Rektor Unipa ke depan, agar bebas dari praktik kolusi, nepotisme dan kecurangan lainnya.
“Bila perlu saya akan pimpin demo ke kampus Unipa jika suara kami sebagai anak adat Suku Besar Arfak, intelektual Suku Arfak sekaligus Alumni Unipa tidak digubris,” tambah Dr. Lasarus. (ALW/ON)