Orideknews.com, Manokwari, – Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari melalui Bidang P2P mengonfirmasi kasus demam berdarah (DBD) di ibu kota Provinsi Papua Barat sedang mengalami peningkatan.
Kepala Seksi P2P Dinkes kabupaten Manokwari, Rahiming mengatakan hingga Oktober ada ratusan kasus DBD.
“Memang benar, kasus demam berdarah di Kabupaten Manokwari per hari ini sudah 185 kasus. Sehingga ini sudah melebihi berapa kali lipat dari tahun lalu hanya 23 kasus. Nah, ini mungkin juga dikarenakan cuaca dan mobilisasi masyarakat yang tinggi,” ungkap Rahiming Jum’at, (1/12/23) kepada media ini.
Kasus DBD tersebut diakuinya telah mengarah ke Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga ini tidak bisa ditangani kabupaten Manokwari sendiri namun harus melibatkan provinsi dan Kementerian.
Selain itu, lanjut Rahiming, dibutuhkan peran serta masyarakat karena nyamuk penyebab demam berdarah ini berbeda dengan nyamuk yang menyebabkan malaria.
“Kalau malaria itu nyamuknya menggigit orang malaria dulu, dia baru bisa menularkan kepada orang lain. Tapi kalau nyamuk yang menyebabkan demam berdarah ini dari jentiknya saja, dari larvanya saja, dari telurnya saja, sudah mengandung virus. Oleh sebab itu, kita harus bisa membasmi ini bersama-sama,” katanya.
“Minimal satu rumah satu jemantik, artinya satu rumah setiap tujuh hari minimal tujuh hari sekali mengecek penampungan-penampungan air dan untuk selalu dikuras sehingga mungkin penyakit ini bisa kita tangani bersama,” ujar Rahiming lagi.
Dikatakannya, mengingat kasus DBD yang meningkat, diharapkan masyarakat satu rumah harus mempunyai satu orang yang wajib menguras penampungan air. Baik air yang berada di pot bunga, di botol bekas, ataupun wadah yang tertampung air.
“Botol-botol yang ada di sekitar rumah kita itu harus dibuang karena nyamuk ini berada di air yang bersih, air yang tidak bersentuhan dengan tanah dan air yang mempunyai wadah,” terangnya.
Rahiming menilai penganganan DBD perlu peran serta masyarat, jika nyamuknya tidak ada, DBD dapat teratasi.
“Fenomena tertinggi untuk kenaikan kasus ini sebenarnya bulan Oktober kemarin. Kasus terbanyak bulan Oktober, tapi sebelum itu juga sudah mulai naik. Kalau kita lihat dari pelaporan bulan April, cuma 2 atau 3 kasus saja. Di Oktober ini puncaknya,” beber Rahiming.
Dijelaskannya, solusi yang dilakukan Dinkes Kabupaten Manokwari adalah
intervensi terhadap kasus seperti melakukan fogging.
Selanjutnya, kata Rahiming, menggencarkan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSM) dengan menghimbau masyarakat untuk bersih-bersih lingkungan.
“Fogging pengasapan. Itu kita sudah lakukan di beberapa titik. Setiap ada kasus kita langsung melakukan PE. Pemeriksaan setempat dan langsung kita fogging. Untuk kasus memang sempat sampai hari ini ada 3 kasus kematian,” pungkasnya.
Rahiming menyebut peta kasus terbanyak di Marina wilayah kerja amban dan Sanggeng.
“Dan satu juga di daerah Mako. Kita bisa lihat itu kejadian banyak di rumah yang menggunakan tandon. Yang punya tandon penampungan air. Kalau di daerah yang sumur yang airnya setiap hari diganti kurang kasus,” tutup Rahiming. (ALW/ON).