OridekNews.com, Sorong Selatan, – Kasus indigenous malaria di kabupaten Sorong Selatan sesuai hasil diidentifikasi tim Eliminasi Malaria Kemenkes RI disebutkan nihil.
Ahli Malaria, dr. Mochammad Erfandi meminta intensifikasi kegiatan malaria harus lebih baik, selain itu juga, mengindentifikasi daerah reseptif di kabupaten Sorong Selatan.
dr. Erfandi menilai, area reseptif sudah maksimal, yang menjadi masalah adalah surveilance migrasi, kata dia, populasinya harus diidentifikasi.
“Surveilance migrasi menjadi tumpuan untuk memastikan bahwa tidak ada penularan di daerah itu. Kalau itu berjalan, bagus !,” terang anggota Tim Penilai Eliminasi Malaria Kemenkes RI tersebut.
Dia meminta Penyelidikan Epidemiologi (PE) harus benar-benar dilaksanakan secara tepat waktu. Kemudian Hal yang menjadi krusial adalah terkait anggaran, harus di maintanance sedemikian rupa, sehingga PE ini berjalan dengan baik.
“Siapa yang harus maintanance? teman-teman dinas untuk memastikan bahwa anggaran dari pemerintah daerah itu cukup, terutama untuk poin-poin penting. Intinya itu,” jelas dr. Erfandi di Sorsel belum lama ini.
Menurutnya, dari 11 kriteria, telah berjalan sehingga hal-hal kecil dapat diperbaiki secara berkala.
“Saya yakin status untuk eliminasi malaria untuk Sorong Selatan terpenuhi. Mudah-mudahan tanggal 3 november 2022 kita bisa perjuangkan bahwa Papua pecah telor,” ungkap dr. Erfandi.
Ia lalu menambahkan, kabupaten Sorsel pintu masuk untuk eliminasi di kabupaten kota di Provinsi Papua Barat.
“Dan menjadi pekerjaan lanjutan untuk Dinas Kesehatan ke kabupaten-kabupaten lain di Papua Barat. Tinggal kapan?, bagaimana strateginya di tingkat Provinsi,” pesan dr. Erfandi. (ALW/ON)