Orideknews.com, MANOKWARI, – Ketua Persekutuan Gereja Gereja Papua (PGGP), Pdt. Sherly Parinussa, S.Th menyatakan, tegas menolak segala bentuk radikalisme dan terorisme dan menyebut tidak ada tempat bagi kedua tindakan itu di wilayah Papua Barat.
“Kita menyadari tantangan Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, ras dan agama yang tentu sangat berpotensi untuk dirasuki oleh pikiran pikiran radikal,” kata Ketua Pdt. Sherly, di ruang kerjanya, Selasa, (13/4/21).
Indonesia mempunyai kekayaan tersendiri yakni ras, suku budaya dan agama. Hal itu menurut dia, menjadi sebuah kekayaan yang perlu dirawat dengan baik dan sebaliknya tidak menjadi pemicu yang dapat menimbulkan gesekan gesekan yang pada akhirnya tidak saja menganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Firman tuhan mengajarkan kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Jadi setiap manusia itu ciptaan Tuhan yang berharga dan paling mulia jadi karena itu tidak boleh disia siakan atau diperlakukan dengan tidak manusiawi,” jelas Pdt. Sherly.
Menurut dia, apa yang dikerjakan oleh gerakan-gerakan radikalis yang sekarang terjadi juga sebenarnya adalah pengaruh dari luar yang dibawa masuk ke Indonesia.
“Kami meminta aparat keamanan TNI/Polri benar-benar tegas dan tegakan kebenaran demi keamanan dengan menindak tanpa pandang buluh semua yang terlibat paham tersebut,” ujarnya.
Pdt. Sherly menuturkan bahwa, peristiwa bom Makasar dan peristiwa serupa ditempat lainnya, menyadarkan bahwa di sekitar kita ada orang-orang yang pikirannya sudah dirasuki radikalis. Sehingga, pemerintah dan pihak keamanan harus jelih melihat orang baru dengan identitas mereka, agar tidak terjebak.
“Karena jelas orang yang melakukan tindakan teorisme itu hidup ditengah masyarakat, bahkan mereka menjadi tetangga,” pesan Pdt. Sherly.
PGGP Papua Barat lanjut dia, bersama pemerintah Papua Barat pada perayaan paskah bersama, di Distrik Masni, yang juga melibatkan agama-agama, akan membangun deklarasi bersama untuk menjadikan Papua Barat sebagai tanah damai. (ALW/ON).