Orideknews.com, MANOKWARI, – Peduli pencegahan penyebaran covid-19 terhadap Orang Asli Papua (OAP), sejumlah Anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Barat tergerak hatinya untuk menyisihkan sedikit penghasilannya guna pengadaan masker yang dibagikan ke warga.
Anggota MRPB itu adalah Wakil ketua Panitia Urusan Rumah Tangga utusan Adat Raja Ampat, Yulianus Tebu, Ketua Pokja Perempuan utusan Perempuan Raja Ampat, Kristin Ayello, Wakil Ketua Pokja Agama utusan Agama, Edy Klaus Kirihio dan Utusan GKI di Papua Barat, Elimas Bosawer.
Empat anggota MRPB ini membagikan sebanyak 500 masker bagi warga di RT6 dan RT 8 RW 1 Kelurahan Amban, Manokwari Barat, kabupaten Manokwari, Sabtu, (2/5/2020) sekitar pukul 10.15 WIT, pembagian masker dilakukan dari rumah ke rumah sekaligus mengajak warga untuk pencegahan penyebaran covid-19.
Usai pembagian masker, Wakil ketua Panitia Urusan Rumah Tangga utusan Adat Raja Ampat, Yulianus Tebu mengatakan, MRPB punya kepedulian juga terhadap pencegahan penyebaran covid-19 dengan menyumbang sekitar Rp.20 Miliar kepada Pemerintah daerah sesuai petunjuk pemerintah pusat.
Namun, kata dia, pihaknya tidak berharap pada dana sumbangan itu, tetapi MRPB hadir untuk orang asli Papua, sehingga keempat Anggota mempunyai inisiatif dan kepedulian melihat orang asli Papua dari ancaman penyebaran covid-19.
“Saat ini paling penting adalah orang Papua melindungi dirinya dulu dari serangan covid itu dengan menggunakan masker, ketika dia berinteraksi dengan masyarakat disekitar dia,” ujarnya.
Yulianus menilai, kesadaran warga di Manokwari untuk pencegahan covid-19 sangat rendah, sehingga sudah saat ajakan pencegahan itu digalakkan.
“Sehingga memang antisipasi untuk orang asli Papua itu harus dilakukan sehingga hari ini kita hadir untuk memberikan masker dan juga memberikan edukasi kepada masyarakat,” tutur Yulianus.
Dia berharap kedepan ada kegiatan lanjutan yang melibatkan semua anggota MRPB.
Ketua Pokja Perempuan utusan Perempuan Raja Ampat, Kristin Ayello menyebut, OAP saat ini sudah bisa melihat, bukan hanya melindungi dirinya saja, tetapi sudah harus memanfaatkan pekarangan rumah ataupun kebun untuk menanam bahan pangan yang dibutuhkan guna mengantisipasi wabah covid-19 jika berkepanjangan.
“Ini sutuasinya berkepanjangan dan kita tidak mungkin berharap dari sembako yang diberikan, karena kalau kita lihat, minta maaf itu bagian dari bantuan tetapi kalau kita hitung dengan jumlah keluarga yang ada di rumah, mungkin itu tidak cukup,” ungkap Kristin.
Menurutnya, bantuan sembako dari pemerintah sangatlah tidak mungkin untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dalam waktu yang cukup lama.
Dirinya mengajak semua warga Papua untuk kembali ke kebiasan dahulu yang mana hidup dengan pangan lokal.
Sementara itu, Wakil Ketua Pokja Agama utusan Agama, Edy Klaus Kirihio berharap pada pemerintah agar mengaktualisasikan sesuatu yang nyata bagi orang asli Papua dari dana Otsus.
“Pembagian baik dalam sembako maupun dalam bentuk pengobatan dan lain-lain itu, ini ada anggaran khusus orang asli Papua, itu yang pemerintah harus lihat, fokusnya seperti apa?,” Tanya edy.
Dia menyarankan pada pemerintah daerah kabupaten Manokwari agar melihat warga yang ada di dalam kota seperti di Wosi dan Sanggeng, yang setiap harinya berhadapan langsung dengan kerumunan warga yang mungkin saja mempunyai keluarga atau kontak langsung dengan pasien positif covid.
“Aktifitas sosial yang setiap hari ini kita tidak jadi polisi untuk saling menjaga satu dengan yang lain, kesadaran masyarakat Papua di Manokwari belum terlihat seperti di kota Sorong. Sehingga masyarakat Papua maupun Non Papua harus sadar diri untuk wajib mengenakan masker,” tutup Edy. (ALW/ON)