Orideknews.com, Manokwari, – Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menggelar imunisasi Tetanus Difteri (Td) Wanita Usia Subur (WUS), pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan skrining penyakit tidak menular bagi kelompok remaja 5-9 September 2023 di sejumlah SMA/SMK dan SMP di Manokwari, Papua Barat.
Kegiatan tersebut digelar dengan menindaklanjuti Perpres RI nomor 72 tahun 2021, Pergub nomor 17 tahun 2023 tentang percepatan penurunan stunting pada kelompok remaja dan surat keputusan berasama Menristek Dikti, Menkes, Menag dan Mendagri nomor 03/KB/2022, Nomor HK.01.08/Menkes/1352/2022, Nomor 835 tahun 2022, Nomor 119, 5091.A tahun 2022 tentang penyelenggaraan peningkatan status kesehatan peserta didik SMA/Madrasah Aliyah yang meliputi, pelaksanaan aksi bergizi (pemberian tablet tambah darah) dan pemeriksaan status imunisasi bagi wanita usia produktif dengan sasaran usia 15 tahun keatas.
Penanggungjawab Program Imunisasi Dinkes Papua Barat, Hendrik Marisan menjelaskan, pelayanan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung penurunan stunting di Papua Barat.
Program Imunisasi dilakukan berintegrasi dengan Program Kesehatan Ibu Anak dan Program Penyakit Tidak Menular.
“Kami dari program imunisasi guna melengkapi status wanita usia subur, kami harus memastikan bahwa wanita usia 15-35 tahun mereka punya status imunisasi harus lengkap mulai T1 hingga T5,” ujar Hendrik disela-sela pelaksanaan imunisasi di SMA Imanuel Pasir Putih, Manokwari.
“Kalau mereka sudah mengikuti jadwal imunisasi secara baik, sebenarnya sudah lengkap dari T1 hingga T5. Waktu SD kelas 5 dengan program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah), tidak perlu imunisasi lagi. Waktu menikah melahirkan anak pertama kedua dan seterusnya tidak perlu imunisasi,” lanjut Hendrik.
Kata dia, berdasarkan data bahwa banyak terjadi keguguran dan tetanus, hal itu di Papua banyak terjadi perlakuan saat lahiran, dimana ibu melahirkan tali pusar dipotong menggunakan bambu, silet, gunting. Cara tersebut menyebabkan infeksi, maka Tetanus harus dicegah.
“Itu juga mengarah kepada stunting, karena tidak ada proteksi kesehatan pada wanita itu sendiri, tugas kami adalah mengendalikan itu mulai dari remaja, vaksin Td yang disuntikan dosisnya 0,5 ml,” ucapnya.
Dia menyampaikan, dari T1-T2 intervalnya ketika dilakukan skrining dan jawabannya adalah tidak tahu, dianggap tidak pernah memiliki riwayat imunisasi.
“Maka kita mulai melakukan imunisasi T1 dan untuk T2 sebulan berikutnya baru dilakukan penyuntikan. T3 dilakukan setelah 6 bulan dan T4 dan T5 intervalnya satu tahun. Target kami adalah semua wanita yang berada di masing-masing sekolah,”
Hendrik mengaku tidak ada penolakan soal imunisasi yang diberikan, kegiatan itu juga diintegrasikan dengan pemberian obat tambah darah, pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut dan edukasi kesehatan.
Pelayanan itu perdana dilakukan untuk seluruh Papua Barat. Di Manokwari, dilakukan selama 2 minggu dan akan bergeser ke kabupaten lain untuk membantu pelayanan yang sama.
Imunisasi yang dilakukan sambung Hendrik, tidak ada efek samping. Yang terjadi, adanya pembekakan kecil dan nyeri di titik penyuntikan. Hal itu tegas Hendrik merupakan hal biasa.
Sementara itu, Kepala SMA IMANUEL Pasir Putih, Antonius Allo mengapresiasi percepatan pelayanan imunisasi yang diikuti 110 siswi di SMA yang dipimpinnya tersebut.
Antonius menilai, pelayanan tersebut disiapkan dini untuk masa depan, selagi para siswi belum berkeluarga.
“Itu sudah diantisipasi lebih awal, supaya mereka juga ketika berkeluarga mereka sudah siap. Terutama dalam kesehatan, mengingat banyak ibu muda maka antisipasi dini baik untuk kedepannya. Kami sangat bersyukur dengan adanya kegiatan seperti ini, semoga ini diprogramkan untuk berkelanjutan,” harap Antonius.
“Kami berharap dari sekolah ini terprogramkan supaya kedepannya anak-anak kita, lebih siap diri karena sudah diantisipasi lebih awal,” pesannya. (ALW/ON)